ECONOMICS

Dukung Hilirisasi Nikel, Kemenperin Cetak SDM Berkualitas di Bidang Alat Berat

Advenia Elisabeth/MPI 24/08/2022 09:54 WIB

Kerja sama juga melibatkan salah satu unit pendidikan di bawah naungan BPSDMI Kemenperin, yaitu Akademi Komunitas Industri Manufaktur.

Dukung Hilirisasi Nikel, Kemenperin Cetak SDM Berkualitas di Bidang Alat Berat (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuka program pendidikan khusus operator alat berat guna menciptakan tenaga kerja berkualitas dan berdaya saing di sektor industri smelter nikel nasional.

Program pendidikan itu digelar melalui hasil kerjasama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin dengan PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNAI), terkait pelaksanaan Program Kerja Sama Pendidikan Vokasi Industri Setara Diploma 1 (D1). 

Kerja sama juga melibatkan salah satu unit pendidikan di bawah naungan BPSDMI Kemenperin, yaitu Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

“Program Setara D1 Operator Alat Berat akan diselenggarakan selama satu tahun di AK-Manufaktur Bantaeng dan lulusannya langsung ditempatkan bekerja dalam rangka meningkatkan daya saing industri,” ujar Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan, di Jakarta, Rabu (24/8/2022). 

Menurut Arus, guna mendukung industri dalam penyediaan tenaga kerja kompeten, pihaknya telah menyelenggarakan pendidikan tinggi pada beberapa jenjang, mulai dari Diploma sampai dengan Magister Terapan, termasuk program setara Diploma 1 kerjasama industri.

Pendidikan Setara D1 yang melibatkan industri ini dilaksanakan sebagai wujud nyata kerja sama antara pemerintah, institusi pendidikan dengan dunia industri.

“Melalui program ini diharapkan akan memperkecil competency gap antara dunia industri dengan dunia pendidikan yang akhirnya tercipta SDM industri kompeten tanpa adanya program retraining oleh industri,” tutur Arus.

Arus berharap program ini dapat mengatasi permasalahan SDM industri di Indonesia, yaitu besarnya jumlah pengangguran terbuka, tingkat angkatan kerja yang masih rendah, dan produktivitas tenaga kerja yang masih rendah. 

“Sebab, kebutuhan akan tenaga kerja industri hingga mencapai 600.000 orang setiap tahun,” ungkap Arus.

Sementara, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) Kemenperin, Restu Yuni Widayati, mengungkapkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan pendidikan D1 ini adalah membekali calon tenaga kerja dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis yang diperlukan untuk bidang pekerjaan tertentu. 

“Kegiatan ini diikuti oleh 48 orang sebanyak 2 kelas dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang per kelas yang seluruhnya direkrut langsung oleh industri,” ujar Restu. (TSA)

SHARE