ECONOMICS

Dunia Dilanda El Nino, Ekonomi Global Bisa Rugi Rp45 Ribu Triliun

Wahyu Dwi Anggoro 09/06/2023 13:44 WIB

Negara-negara mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrem akhir tahun ini karena dunia sedang mengalami fenomena El Nino.

Dunia Dilanda El Nino, Ekonomi Global Bisa Rugi Rp45 Ribu Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Negara-negara mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrem akhir tahun ini karena dunia sedang mengalami fenomena El Nino.

Dilansir dari Reuters pada Jumat (9/6/2023), para ilmuwan mengatakan bahwa El Nino kali ini kemungkinan cukup kuat. terlihat sangat mengkhawatirkan. Pada 2016, El Nino kuat memicu tahun terpanas yang pernah tercatat. Para ahli meteorologi memperkirakan bahwa El Nino kali ini, ditambah dengan pemanasan global, akan membuat dunia bergulat dengan kekeringan parah.

Pada Kamis, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) menyatakan bahwa El Nino sedang berlangsung. Tiga tahun terakhir, cuaca global lebih basah karena fenomena La Nina.

"Kita berada di situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Michelle L'Heureux, seorang ahli meteorologi dari Pusat Prediksi Iklim NOAA.

El Nino tahun ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar USD3 triliun atau Rp45 ribu triliun, menurut sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Science. Cuaca ekstrem merusak produksi pertanian, mengganggu aktivitas manufaktur, dan membantu penyebaran penyakit.

Apa penyebab El Nino?

El Nino terjadi ketika air laut menghangat di wilayah timur Samudera Pasifik. Fenomena ini muncul ketika angin yang bertiup dari timur ke barat di sepanjang Pasifik melambat atau berbalik arah.

Para ilmuwan tidak sepenuhnya yakin apa yang memulai siklus ini. Berbaliknya arah angin membuat air laut dari wilayah barat yang hangat mengalir ke wilayah tengah dan timur yang lebih dingin.

"Ketika El Nino memindahkan air hangat itu, ia turut menggeser lokasi badai," kata ahli meteorologi NOAA, Tom DiLiberto. "Itulah domino atmosfer pertama yang jatuh."

Pergeseran aktivitas badai ini memengaruhi cuaca di seluruh dunia. Selama El Nino, bagian selatan AS mengalami cuaca yang lebih dingin dan lebih basah, sementara bagian barat lebih hangat dan lebih kering.

Beberapa bagian Amerika Tengah dan Selatan mengalami curah hujan yang tinggi, sementara hutan hujan Amazon cenderung mengalami kondisi yang lebih kering.

Sementara itu, Australia mengalami panas yang ekstrem, kekeringan dan kebakaran hutan. Selama El Nino 2015 hingga 2016, hampir sepertiga karang di Great Barrier Reef Australia mati. Di perairan yang terlalu hangat, karang akan mengapur dan memutih.

Secara historis, baik El Nino maupun La Nina rata-rata terjadi setiap dua hingga tujuh tahun sekali. El Nino bisa berlangsung selama 9-12 bulan. La Nina dapat bertahan selama satu hingga tiga tahun.

(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)

SHARE