Ekonom: Kebijakan Populis Prabowo Perlu Jaga Kepercayaan Investor Asing
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan pengambilan kebijakan populis bisa membuat defisit fiskal bertambah lebar.
IDXChannel - Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan pengambilan kebijakan populis bisa membuat defisit fiskal bertambah lebar. Hal ini yang akan memberikan sinyal yang kurang positif terhadap para calon investor.
Josua mengambil salah satu contoh rencana program makan siang gratis yang digagas oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka, yang akan menggunakan APBN perkiraaan Rp70 triliun per tahunnya.
"Kedepannya kalau misalnya dari sisi Anggaran tidak bisa terkelola dengan baik, ini juga memberikan sinyal yang kurang positif terhadap investor asing, karena pada akhirnya defisit fiskal bisa melebar diatas 3 persen," ujar Joshua dalam Market Review IDXChannel, Jumat (16/8/2024).
"Tentu ini akan menjadi pertimbangan buat lembaga investasi internasional, seperti SMI dan lainnya, yang akan mereview kembali, apakah investasi kita bisa terafirmasi atau bisa turun," jelasnya.
Lebih lanjut, Josua menjelaskan pelebaran defisit APBN ini tentu akan menjadi penilaian bagi calon investor, terutama investor asing sebelum menanamkan modalnya ke Indonesia. Karena, hal ini berkaitan langsung kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan negara.
"Karena tentu lembaga internasional dan investor asing ini sangat mengapresiasi bagaimana pengelolaan fiskal. Saat ini, dalam 10 tahun terakhir pengelolaan fiskal kita sangat baik," jelasnya.
Josua menilai tahun depan kinerja fiskal pada juga masih cukup berat, disamping meneruskan misi pembangunan, ditambah dengan program dan kebijakan baru presiden terpilih untuk menuntaskan janji politik.
"Program pemerintah kedepan banyak sekali, ada IKN, hilirisasi, makan gizi gratis, di luar itu kita belum tahu program lainnya," kata Joshua.
(Selfie Miftahul Jannah)