Ekonom Prediksi Utang Luar Negeri 2023 Bakal Naik, Ini Penyebabnya
Untuk mengantisipasi kenaikan ULN pada 2023, pemerintah harus melakukan berbagai cara, seperti menurunkan porsi Surat Bunga Negara (SBN) valuta asing
IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bima Yudistira memprediksi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia akan mengalami kenaikan pada 2023.
"ULN yang turun saat ini hanya temporer, tahun depan akan kembali naik. Masalah muncul ketika harga batubara dan sawit mulai alami kontraksi pada periode Juni sehingga mempengaruhi windfall pajak dan penerimaan negara bukan pajak (pnbp). Disaat yang bersamaan tekanan pembiayaan baru lahir dari kenaikan beban subsidi dan belanja rutin," ujarnya kepada MNC Portal, Senin (27/6/2022).
Bima mengatakan, untuk mengantisipasi kenaikan ULN pada 2023, pemerintah harus melakukan berbagai cara, seperti menurunkan porsi Surat Bunga Negara (SBN) valuta asing serta mencari alternatif pendanaan.
"Mencari alternatif pendanaan misalnya Kerja sama pemerintah dan Bada Usaha dalam penyediaan infrastruktur untuk meredam risiko suku bunga tinggi," katanya.
Kemudian, melakukan perencanaan ulang terhadap kebutuhan anggaran dana serta melakukan penghematan terhadap anggaran kementerian dan lembaga.
"Serta melakukan penundaan proyek infrastruktur yang dinilai membebani anggaran yang cukup besar," katanya.
Selanjutnya, pemerintah perlu meningkatkan rasio pajak khususnya kontribusi dari industri manufaktur yang berperan sebesar 30 persen dari total penerimaan pajak negara.
Sebelumnya, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada April 2022 mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) posisi ULN Indonesia pada akhir April 2022 tercatat sebesar 409,5 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar 412,1 miliar dolar AS.
Perkembangan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral). Secara tahunan, posisi ULN April 2022 terkontraksi 2,2% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 1,0% (yoy).
(SAN)