Ekonom: Utang BUMN Tidak Menggunung Asal Cash Flow Sehat
Utang beberapa perusahaan BUMN tidak bisa dikatakan menggunung. Sebab kondisi utang tidak bisa disamaratakan kondisinya selama pandemi Covid-19.
IDXChannel - Utang beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak bisa dikatakan menggunung. Sebab kondisi utang tidak bisa disamaratakan kondisinya selama pandemi Covid-19, sebut saja antara PT PLN (Persero) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, bisa dilihat dari utang PLN, meskipun menggunung hingga Rp500 triliun, itu karena perusahaan tersebut juga menanggung beban subsidi listrik.
"Kita teriak-teriak utang PLN, kita mau tidak sekarang bayar listriknya lebih mahal? PLN itu menanggung beban besar, karena menanggung beban subsidi yang besar," ujarnya, saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (10/7/2021).
Memang diketahui perusahaan pelat merah tersebut terbebani utang dalam jumlah super besar lantaran sibuk mencari pinjaman untuk membiayai proyek kelistrikan 35 ribu megawatt (MW).
"Nah utang seperti PLN ini di back up oleh subsidi pemerintah, jadi saya tidak melihat ada masalah di utangnya PLN. Selama PLN masih dia masih melaksanakan PSO (Public Service Obligation) berarti PLN masih akan di back up pemerintah," jelas Piter.
Beda lagi dengan Garuda Indonesia, Piter mengatakan justru masalah ada di perusahaan maskapai itu karena tidak produktif.
"Yang jadi masalah ketika perusahaan itu tidak produktif, Garuda utangnya besar, kewajibannya begitu besar, mereka tidak bisa menghasilkan sekarang ini karena pandemi, ya kan penggunaan dari pesawat itu terhenti, mereka tidak ada aliran cash flow," katanya.
Diketahui Garuda Indonesia tengah mengalami kesulitan keuangan imbas berbagai masalah dan dampak pandemi Covid-19. Utang perseroan hingga kini terus menumpuk mencapai Rp70 triliun, dan diperkirakan terus bertambah Rp1 triliun tiap bulannya.
Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, utang ini disebabkan karena biaya sewa (leasing) pesawat yang di luar batas wajar, jenis pesawat yang terlalu banyak, dan rute penerbangan yang tidak menguntungkan.
Dengan kata lain, jalan keluar mengatasi masalah utang BUMN memang dengan cash flow yang sehat. Piter juga menegaskan kita harus memisahkan perusahaan BUMN yang sehat dan yang menjadi masalah. Ia menyebut utang besar namun rasio kekayaan besar adalah contoh perusahaan sehat.
"BUMN yang sehat seperti Bank Mandiri, BRI, Telkom itu utangnya besar, tapi dilihat rasio terhadap kekayaannya, itu masih sangat sehat," katanya.
Dengan demikian, Piter tegaskan kita tidak bisa melihat utang BUMN menggunung, kalau utang menggunung tapi kekayaan juga menggunung itu tidak jadi masalah asal cash flow lancar. (NDA)