Ekonomi Digital Indonesia Bisa Tembus Rp5.000 Triliun di 2030, Ini Syaratnya
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi optimistis ekonomi digital Indonesia akan mencapai lebih dari Rp4.500 triliun pada 2030.
IDXChannel - Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi optimistis ekonomi digital Indonesia akan mencapai lebih dari Rp4.500 triliun pada 2030. Meski begitu, dia menilai perlu kerja keras dari semua pihak terkait penyediaan infrastruktur, edukasi masyarakat, hingga penyediaan produk nasional untuk mencapai target tersebut.
"Saya termasuk orang yang optimis ekonomi digital Indonesia akan sangat berkembang, minimal di angka Rp5.000 triliun di tahun 2030," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (14/12/2021).
Menurut Heru, perkembangan ekonomi digital Indonesia sepanjang tahun 2021 cukup menggembirakan. Bahkan hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company mencatat ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Adapun nilai ekonomi digital Indonesia yang tercermin dari total nilai penjualan atau gross merchandise value (GMV) sebesar USD70 miliar pada 2021.
"Sekarang ini masyarakat sedang menikmati segala macam layanan digital, termasuk juga berkah dari masa pandemi Covid-19," ungkapnya.
Dia menuturkan, meski banyak sektor yang lumpuh akibat adanya pembatasan mobilitas di tahun 2020, masyarakat mulai belajar memanfaatkan digitalisasi agar usahanya semakin bergairah. Hal ini juga terlihat dari peningkatan transaksi e-commerce selama pandemi Covid-19.
"Kita tetap bisa bekerja dari rumah termasuk berdagang dan juga berbelanja dari rumah lewati e-commerce. Ini juga terlihat dari industri layanan kesehatan digital atau e-health yang juga meningkat," ungkapnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat dari sekitar Rp600 triliun saat ini menjadi Rp4.500 triliun pada 2030. Sejalan dengan proyeksi ekonomi digital tersebut, pemerintah mendorong upaya peningkatan literasi dan juga peningkatan model bisnis yang ditopang oleh kebijakan yang afirmatif.
"Memang ini baru sebatas prediksi di atas kertas, tetapi yang penting adalah bagaimana kita bisa mendukung dan mencapai angka tersebut. Termasuk juga bagaimana produk lokal ini bisa diikutsertakan dalam pembangunan ekonomi digital di Indonesia," jelas Heru. (TIA)