ECONOMICS

Ekonomi Dunia Dibayangi Resesi, Begini Sejarahnya

Ajeng Wirachmi/Litbang 11/10/2022 11:30 WIB

Dalam laporan yang dipublikasi oleh World Bank Group (Prospects Group March 2020) bertajuk ‘Global Recessions’, resesi setidaknya pernah 4 kali melanda dunia.

Ekonomi Dunia Dibayangi Resesi, Begini Sejarahnya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dalam laporan yang dipublikasi oleh World Bank Group (Prospects Group March 2020) bertajuk ‘Global Recessions’, resesi setidaknya pernah 4 kali melanda dunia, yakni di tahun 1975, 1982, 1991, dan 2002.

Pada tahun-tahun tersebut, PDB atau produk domestik bruto di tiap negara mengalami kontraksi. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas ekonomi global melemah. Beberapa negara yang kala itu mengalami resesi adalah Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Inggris.

Secara keseluruhan, resesi di era 1970-an ini diakibatkan karena embargo minyak yang diimplementasikan oleh produsen minyak Arab kepada AS karena AS mendukung Israel selama masa Perang Yom Kippur tahun 1973. Di AS sendiri, resesi disebabkan oleh lonjakan harga gas, sebab Organisasi Negara Pengekspor Minyak Mentah atau OPEC (The Organization of the Petroleum Exporting Countries) menaikkan harga minyak dan embargo minyak ke AS.

Faktor lainnya, pemerintah AS mengeluarkan biaya yang sangat besar dalam Perang Vietnam. Kemudian, saham Wall Street AS juga terjun bebas di tahun 1973-1974. Meskipun embargo sudah dicabut pada tahun 1974, harga minyak tetap saja tinggi.

Di Jerman, penurunan ekonomi terburuk akibat resesi terjadi di tahun 1975. Hal ini juga diakibatkan krisis minyak global dan PDB Jerman turun sebesar 0,9%. Sementara itu di Inggris, resesi mulai terasa sejak tahun 1973, pasca meledaknya perang Yom Kippur.

Harga minyak naik 4 kali lipat dan Inggris tak terhindarkan dari masalah inflasi. Meskipun pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi, namun inflasi tetap merajalela, ditambah dengan angka pengangguran yang juga meningkat. Usai perang, biaya hidup di Inggris meningkat sebesar 26%. Kondisi tersebut bertahan hingga musim panas tahun 1975. The Guardian menyebut, resesi tahun 1975 itu adalah satu-satunya resesi yang pernah terjadi di Inggris.

Beranjak ke tahun 1982, resesi di tahun ini sebenarnya sudah sangat terasa sejak Juli 1981 dan berakhir pada November 1982. Anjloknya ekonomi pada tahun ini disebabkan kebijakan moneter sangat ketat dalam rangka memerangi inflasi yang terus meningkat. Di AS, tingkat pengangguran sebesar 7% sampai 8%, jika dibandingkan dengan musim panas hingga musim gugur tahun 1980. Melansir laman Pew Research Center, jumlah pengangguran di AS meningkat menjadi 9% pada Maret 1982 dan mencapai puncaknya di angka 10,8% pada Desember 1982. Baru kemudian, tingkat pengangguran di AS turun secara perlahan hingga di bawah 6% pada akhir 1987.

Meskipun AS adalah negara yang paling terasa mengalami stagnasi ekonomi, namun negara-negara maju lain juga mengalami hal serupa. Negara anggota OECD menunjukkan pertumbuhan ekonomi minus 0,2%. Belajar dari inflasi hebat di tahun 1970-an, negara-negara tersebut melakukan langkah dengan mempertahankan posisi mata uangnya dalam rangka menahan inflasi.

Sekitar 11 tahun berselang, dunia kembali mengalami resesi. AS lagi-lagi menjadi negara yang paling menonjol dalam hal resesi karena bertepatan dengan Perang Teluk. Kala itu, AS mengalami ekspansi ekonomi yang membuat pengangguran kembali meningkat, meskipun memang tidak separah seperti pada tahun 1982.

Ekonomi di AS lambat laun pulih sampai tahun 2001. Di sisi lain, resesi pada tahun 1991 ini membuat Perdana Menteri Kanada Brian Mulroney mengundurkan diri. Berbagai sumber menyebut, negara lain seperti Finlandia juga terpaksa mengurangi jumlah perusahaan aktifnya sebesar 15% yang berimbas pada angka pengangguran cukup banyak, yakni 20%. Para ahli menganggap, resesi di tahun 1991 ini disebabkan karena hilangnya kepercayaan para pebisnis dan konsumen, imbas dari guncangan harga minyak tahun 1990. Terlebih, saat itu juga bertepatan dengan berakhirnya Perang Dingin.

Terakhir, resesi tahun 2009 yang dikatakan sebagai resesi terburuk dunia. Melansir laman Britannica, resesi ini dipicu oleh krisis keuangan AS di tahun 2007 hingga 2008 yang menyebar ke negara lain. Sejak tahun 2007, gelembung perumahan atau housing bubble muncul di AS. Pinjaman bank di negara itu meningkat menjadi 80% dari GDP.

Tentunya, hal ini diakibatkan oleh bank yang terkesan sangat terburu-buru memberikan pinjaman kepada para calon pembeli rumah tanpa memperhatikan kesanggupan pembayaran utang. Saat itu pula, jutaan orang di AS kehilangan rumah, tabungan, dan pekerjaannya. Tingkat kemiskinan di AS sebesar 12,5% pada tahun 2007. Angka ini meningkat 15% dari tahun 2010. Krisis di AS tersebut berimbas ke Eropa dan negara-negara lainnya karena harga saham global turun. Bahkan, nilai dolar AS juga ikut melemah.

Kini, resesi diprediksi terjadi pada 2023. Menurut pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, bank-bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga secara ekstrem secara bersamaan. Langkah yang diambil untuk mengatasi inflasi itu menjadi pemicu resesi global pada tahun mendatang. (TYO)

Diolah Tim Litbang MPI

SHARE