ECONOMICS

Ekonomi India Mampu Tumbuh 7,8 Persen di Kuartal I-2024, Indonesia Kapan?

Maulina Ulfa - Riset 01/06/2024 13:30 WIB

Perekonomian negara dilaporkan India tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebesar 7,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) dalam kuartal I-2024.

Ekonomi India Mampu Tumbuh 7,8 Persen di Kuartal I-2024, Indonesia Kapan? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Perekonomian negara dilaporkan India tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebesar 7,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) dalam kuartal I-2024 pada Jumat (31/5/2024).

Kenaikan ini jauh di atas perkiraan awal yaitu ekspansi sebesar 6,7 persen, yang akan memperpanjang tren pertumbuhan kuat perekonomian India. 

Hasilnya menegaskan bahwa India adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, yang dipimpin oleh percepatan tajam output manufaktur (8,9 persen vs 0,9 persen pada FYQ4 2023), konstruksi (8,7 persen vs 7,4 persen), administrasi publik, pertahanan, dan jasa lainnya (7,8 persen vs 4,7 persen), serta pertambangan dan penggalian (4,3 persen vs 2,9 persen). 

Dengan pembaruan ini, PDB India tumbuh sebesar 8,2 persen pada tahun keuangan (fiscal year) yang berakhir Maret 2024. (Lihat grafik di bawah ini)

Meroketnya perekonomian India didorong oleh kinerja yang kuat di sektor manufaktur, dan para ekonom memperkirakan momentum ini akan terus berlanjut pada tahun ini.

Laju pertumbuhan ekonomi India ini tertinggi di antara negara-negara terbesar di dunia dan akan memperkuat rekor ekonomi di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. 

Modi kini tengah berjuang memenangkan masa jabatan ketiga dalam Pemilu nasional, dan hasilnya akan diumumkan pada 4 Juni 2024.

Investor menantikan hasil Pemilu dan anggaran setahun penuh pada pertengahan Juli untuk melihat langkah-langkah apa yang mungkin diambil oleh pemerintah baru untuk meningkatkan perekonomian.

Rekor transfer surplus Reserve Bank of India (RBI) sebesar 2,11 triliun rupee atau setara USD25,3 miliar akan membantu pemerintah berikutnya meningkatkan belanja negara guna meningkatkan pertumbuhan.

Ekonom di Elara Securities yang berbasis di Mumbai, Garima Kapoor mengatakan, angka pertumbuhan tersebut terjadi di tengah inflasi yang lemah dan perkiraan musim hujan yang normal, yang dapat membantu meningkatkan permintaan konsumen. Datangnya musim hujan di India dapat mendukung hasil pertanian dan upah di pedesaan.

“Indikator yang frekuensinya tinggi selama dua bulan pertama tahun anggaran ini menunjukkan bahwa tahun fiskal 2024/25 telah dimulai dengan landasan yang relatif stabil," katanya.

Sementara Indonesia masih berjuang untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen jika ingin keluar dari middle income trap.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional yang membidangi perekonomian, Amalia Adininggar Widyasanti. Menurutnya, perjuangan itu sejalan dengan tujuan Indonesia untuk mencapai status negara maju pada 2045.

“Untuk menghindari apa yang disebut jebakan pendapatan menengah, kita perlu mempercepat pertumbuhan ekonomi melampaui angka 5 persen menjadi 6 persen saat ini,” kata Amalia di Jakarta, (7/3/2024).

Namun, pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode kedua di 2019 hingga awal 2024, pertumbuhan rata-rata berada di kisaran 3,5 persen. Kondisi tidak normal sempat terjadi pada 2020-2021, saat Indonesia dilanda pandemi Covid-19. 

Untuk membantu kelas menengah keluar dari jebakan middle income trap, salah satu upaya yang selama ini dilakukan adalah industrialisasi.

Namun, yang terjadi kini ekonomi dalam negeri yang justru mengarah ke deindustrialiasasi. Catatan LPEM UI dalam Proyeksi Ekonomi Kuartal I-2024 menegaskan adanya tanda-tanda deindustrialisasi dini di Tanah Air.

Ini terlihat dari rata-rata pangsa manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo mencapai level terendah.

Sejak Jokowi menjabat pada 2014, rata-rata nilai tambah manufaktur adalah sekitar 39,12 persen hingga tahun 2020, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pada masa Presiden Megawati sebesar 43,94 persen dan Presiden SBY sebesar 41,64 persen.

Kondisi ini memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kurang maksimal alias stagnan di kisaran 5 persen.

Deindustrialisasi adalah suatu kondisi di mana industri tidak dapat lagi berperan sebagai basis pendorong utama perekonomian suatu negara atau dengan kata lain kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional terus mengalami penurunan.

(YNA)

SHARE