ECONOMICS

Ekonomi Indonesia Dinilai Cukup Tangguh Hadapi Tantangan Global, Ini Buktinya 

Anggie Ariesta 03/08/2025 19:00 WIB

Hal ini terlihat dari perbaikan aktivitas manufaktur, inflasi yang terkendali, dan surplus neraca perdagangan yang solid.

Ekonomi Indonesia Dinilai Cukup Tangguh Hadapi Tantangan Global, Ini Buktinya. Foto: Freepik.

IDXChannel - Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu menilai perekonomian Indonesia cukup tangguh di tengah tantangan global

Hal ini terlihat dari perbaikan aktivitas manufaktur, inflasi yang terkendali, dan surplus neraca perdagangan yang solid.

Pada Juli 2025, PMI Manufaktur nasional tercatat di angka 49,2, meningkat dari 46,9 pada bulan sebelumnya. Perbaikan ini sejalan dengan meredanya pelemahan aktivitas produksi dan permintaan baru. 

Febrio menyoroti perbaikan ini kontras dengan kondisi di beberapa negara lain. PMI Manufaktur Jepang kembali terkontraksi menjadi 48,9, dan Korea Selatan terkontraksi lebih dalam ke level 48,0.

"Bagi Indonesia, penurunan tarif AS atas produk ekspor Indonesia meredakan risiko tekanan bagi sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur," ujar Febrio dalam keterangan resmi, Minggu (3/8/2025).

Pemerintah terus berupaya memperkuat sektor manufaktur nasional melalui berbagai stimulus, seperti fasilitas pembiayaan bagi industri padat karya, optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan percepatan deregulasi untuk memperbaiki iklim usaha.

"Respons kebijakan terkait perdagangan global disiapkan, mengantisipasi munculnya berbagai risiko tekanan. Implementasi kebijakan yang tepat sasaran diyakini mampu menjaga stabilitas produksi, memperkuat daya saing ekspor, serta mendukung kesinambungan pemulihan dan ketahanan ekonomi nasional,” ujar Febrio.

Inflasi Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar 2,37 persen (year on year/yoy), sedikit lebih tinggi dari Juni yang sebesar 1,87 persen (yoy). Kenaikan ini dipengaruhi oleh beberapa komoditas pangan seperti beras, bawang merah, tomat, dan cabai rawit, yang disebabkan oleh gangguan cuaca dan berakhirnya masa panen.

Meski demikian, inflasi komponen Administered Price (AP) tetap stabil di 1,32 persen (yoy), didukung oleh harga energi nasional, terutama energi bersubsidi, yang terjaga. Sementara itu, inflasi komponen inti melambat terbatas ke level 2,32 persen (yoy).

Pemerintah merespons potensi kenaikan harga beras dengan kembali memberlakukan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sejak awal Juli. Berbagai intervensi kebijakan juga konsisten dilakukan, seperti gerakan pangan murah, pengawasan distribusi, dan penguatan cadangan pangan.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor terus memberikan dukungan positif terhadap perekonomian. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus solid sebesar USD4,10 miliar pada Juni 2025, meningkat signifikan dari USD2,52 miliar pada Juni 2024.

Kinerja positif ini didukung oleh ekspor yang tumbuh 11,29 persen (yoy), terutama dari sektor industri pengolahan dan pertanian. Impor juga tumbuh moderat sebesar 4,28 persen (yoy), terutama pada barang modal seiring perbaikan kinerja manufaktur nasional.

Febrio juga menekankan peluang ekspor ke pasar AS tetap terbuka, terutama dengan ditandatanganinya Executive Order oleh Presiden Trump pada 31 Juli 2025 yang menurunkan tarif resiprokal untuk Indonesia menjadi 19 persen.

"Pemerintah terus mengantisipasi dengan langkah terukur untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Seluruh kebijakan dirancang agar aktivitas dunia usaha nasional tetap tangguh menghadapi guncangan global, dengan daya saing ekspor yang terus meningkat, disertai daya beli masyarakat yang tetap terjaga," kata Febrio.

(NIA DEVIYANA)

SHARE