Ekonomi Memburuk, HBSC PHK 200 Senior Manajer Secara Global
Strategi pemangkasan jumlah karyawan diambil usai terjadi penyusutan bisnis HSBC secara luas dalam beberapa tahun terakhir.
IDXChannel – Jajaran petinggi HSBC mengkonfirmasi terkait kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang bakal dalam diterapkan secara global.
Langkah ini merupakan bagian dari keputusan bank multinasional itu, yang siap memangkas sedikitnya 15 persen dari total 2.000 manajer operasi senior perusahaan yang tersebar di seluruh dunia.
Upaya ini dilakukan perusahaan guna merampingkan jajaran manajemen, sehingga dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung di tengah perekonomian yang sedang dalam tren memburuk.
Sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (02/12/2022), keputusan PHK bakal diterapkan HSBC di beberapa unit bisnis dan lokasi geografis, yang sebagian besar menyasar level jabatan Chief Operating Officer (COO).
Strategi pemangkasan jumlah karyawan diambil usai terjadi penyusutan bisnis HSBC secara luas dalam beberapa tahun terakhir.
"HSBC telah mengidentifikasi (rencana) pemotongan biaya tambahan sebesar USD1,7 miliar di tahun depan untuk memenuhi (target pembatasan) kenaikan biaya (agar) tidak lebih dari dua persen, meski ada tekanan inflasi," ujar Chief Executive Officer HSBC, Noel Quinn, dalam laporan Reuters.
Menurut sumber yang tidak dipublikasikan, seorang petugas keuangan baru, Georges Elhedery, disebut telah ditunjuk untuk melaksanakan proyek pemangkasan jumlah karyawan, dengan nama sandi Banyan Project.
Proyek tersebut bertanggung jawab atas kebijakan PHK hingga 35.000 karyawan secara global di seluruh tingkat kepegawaian, sejak 2020 lalu.
Langkah ini menjadi kebijakan dilematis yang harus diambil perusahaan, menyikapi prospek ekonomi global yang suram yang membebani keuangan perusahaan, sementara di lain pihak pemegang saham masih berharap adanya peningkatan keuntungan yang didapat.
Tekanan permintaan tersebut, terutama datang dari pemegang saham terbesar HSBC, konglomerat keuangan China, Ping An, yang secara agresif mendesak perusahaan mengurangi biaya dengan memangkas sejumlah lini bisnis di Eropa dan Amerika.
Sebaliknya, Ping An disebut mendorong HSBC untuk memperkuat ekspansinya di Asia, yang selama ini memang menjadi pasar paling prospektif dan menopang kinerja perusahaan.
“Selain mempertimbangkan PHK, bank juga harus mengurangi biaya kantor pusat globalnya,” ujar Ping An, dalam sebuah kesempatan.
Salah satu kebijakan besar yang diambil, diantaranya, dengan meninjau kembali nilai aset properti yang dimiliki perusahaan, yang berpeluang besar memaksa HSBC pindah dari kantor pencakar langitnya yang ikonik di distrik keuangan Canary Wharf, London.
HSBC juga mengumumkan kemungkinan penjualan bisnisnya di Selandia Baru dan berencana menutup 114 cabang di Inggris, serta telah menyetujui penjualan bisnis di Kanada yang jauh lebih besar ke Royal Bank of Canada.
Langkah ini tentu semakin menggerus penguasaan pasar HSBC di pasar bank ritel Amerika Serikat dan Prancis dalam dua tahun terakhir. (TSA)
Penulis: Hafiz Habibie