Ekonomi RI Tumbuh 5,17 Persen, Kemenkeu: Lebih Tinggi dari AS dan Korsel
konomi Indonesia mampu tumbuh tinggi pada kuartal II-2023 sebesar 5,17% (yoy), di atas perkiraan analis pasar.
IDXChannel - Ekonomi Indonesia mampu tumbuh tinggi pada kuartal II-2023 sebesar 5,17% (yoy), di atas perkiraan analis pasar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi nasional melanjutkan tren di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut, lebih tinggi dari ekspektasi pasar bahkan dengan basis pertumbuhan yang tinggi di periode yang sama tahun sebelumnya.
"Ini menunjukkan resiliensi aktivitas ekonomi nasional di tengah perlambatan global,” jelas dia dalam keterangan resminya, Senin (7/8/2023).
Capaian nasional ini lebih tinggi dibandingkan mayoritas negara dan kawasan, termasuk Vietnam, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan yang tumbuh masing-masing sebesar 4,1%; 0,6%; 2,6%; dan 0,9% (yoy) pada periode yang sama.
Dari sisi pengeluaran, kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tumbuh sebesar 5,23% (yoy). Daya beli masyarakat terus terjaga dengan tingkat inflasi yang terus menurun.
Berbagai kebijakan bantuan sosial kepada masyarakat berpenghasilan rendah, pemberian THR dan gaji ke-13 serta Tunjangan Profesi Guru (TPG), serta kebijakan masa libur lebaran yang lebih panjang mampu mendorong aktivitas konsumsi masyarakat.
Aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu juga sudah mulai terlihat menguat, tercermin dari konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang mampu tumbuh 8,62% (yoy).
Peran APBN terbukti cukup signifikan dalam menopang kinerja pertumbuhan kuartal II 2023. Konsumsi pemerintah, yang mencakup belanja pegawai dan belanja barang tumbuh sangat kuat 10,62%, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal I-2023 sebesar 3,45%.
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal II-2023 tumbuh 4,63% (yoy).
“Pertumbuhan investasi nasional terus menunjukkan perbaikan seiring dengan reformasi struktural yang terus digulirkan untuk menciptakan iklim investasi yang makin menarik," jelas Febrio.
"Pertumbuhan positif investasi juga didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, peralatan, dan mesin yang berarti aktivitas produksi terus kuat,” lanjutnya.
Di samping itu, investasi non-bangunan, mesin mekanik, dan penjualan alat berat juga terpantau ekspansif. Ekspor mulai mengalami kontraksi 2,75%, sementara impor juga terkontraksi 3,08%, di tengah perlambatan perdagangan dunia.
Namun demikian, ekspor produk unggulan nasional masih tumbuh positif. Secara volume, pertumbuhan ekspor batu bara, olahan kelapa sawit, dan besi baja masing-masing tumbuh 5,1%; 56,4%; dan 18,0% (yoy) pada kuartal II.
Sektor manufaktur tumbuh sebesar 4,88% (yoy) pada triwulan II-2023 dan sektor perdagangan tumbuh 5,25%, sejalan ekspansi sektor manufaktur selama 23 bulan berturut-turut.
Sebagai kontributor utama dari industri manufaktur, industri pengolahan makanan dan minuman tumbuh 4,62% pada kuartal II, didorong oleh peningkatan produksi olahan minyak sawit dan
konsumsi dalam negeri. Aktivitas hilirisasi masih terus mendorong tingkat pertumbuhan industri pengolahan logam dasar yang tumbuh 11,49% (yoy) di kuartal II.
Resiliensi tren ekspansi perekonomian nasional yang terjaga hingga kuartal II-2023 menjadi modal penting bagi tren pertumbuhan ekonomi ke depan. Kualitas pertumbuhan ekonomi juga terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan tingkat pengangguran menjadi 5,45% pada Februari 2023 dan persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36%.
Meskipun demikian, pemerintah tetap akan terus memantau dan mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi dunia saat ini yang dampaknya terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia.
“Pemerintah akan terus memantau dan mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi dunia saat ini, khususnya dampaknya terhadap ekspor-impor nasional. Dorongan terhadap keberlanjutan tahapan hilirisasi akan terus dilakukan untuk mendorong kinerja ekspor nasional," terang Febrio.
"Pemerintah juga akan terus memanfaatkan sebesar-besarnya berbagai forum kerja sama ekonomi internasional untuk memperluas pasar ekspor produk-produk nasional,” sambungnya.
Dengan pencapaian tingkat pertumbuhan ini serta keberlanjutan perbaikan struktural, pemerintah optimistis tingkat pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 diperkirakan sekitar 5,1%.
“Saat ini, Indonesia sudah naik menjadi kelas menengah atas berdasarkan gross national income, tapi ini belum cukup. Tren pertumbuhan di atas 5% ini merupakan hasil kerja keras bersama dan patut diapresiasi," tutur Febrio.
"Akan tetapi, kita akan terus mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk dapat meraih cita-cita bersama menjadi negara berpendapatan tinggi di tahun 2045,” tutup Febrio.
Dalam jangka pendek, Indonesia menargetkan penghapusan kemiskinan ekstrem menjadi 0% dan penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada 2024.
(FAY)