ECONOMICS

Era Suku Bunga Tinggi, Ini Tips Bagi yang Lagi Nyicil KPR

Athika Rahma 25/12/2022 00:14 WIB

Era suku bunga tinggi sudah di depan mata, apalagi Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.

Era Suku Bunga Tinggi, Ini Tips Bagi yang Lagi Nyicil KPR (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Era suku bunga tinggi sudah di depan mata, apalagi Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.

Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara memberikan tips bagi masyarakat yang ingin mengambil kredit kepemilikan rumah (KPR) di era tingginya suku bunga yang terjadi saat ini.

Baca Juga:

7 Tahapan Cara Ajukan KPR dengan JMO BPJS Ketenagakerjaan

Hal pertama menurutnya yaitu, calon konsumen KPR sebaiknya menurunkan ekspetasi. Katanya, lebih baik memilih hunian dengan tipe lebih kecil sehingga cicilan bulanan dan bunga lebih ringan.

"Bagi yang sudah terlanjur KPR dengan bunga floating bisa take over ke bank lain yang menawarkan bunga lebih rendah dan cicilan lebih panjang," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (24/12/2022).

Baca Juga:

Siap-Siap Ya, Cicilan KPR dan Kendaraan Bakal Naik

Selain itu ia juga menyarankan calon konsumen KPR untuk menabung uang muka yang lebih besar intuk memperkecil total cicilan ditambah bunga.

Ia menambahkan, tren kenaikan suku bunga ini juga berdampak pada keputusan konsumen dalam berbelanja tahun depan.

Baca Juga:

JPFW 2022 Hadirkan 200 UMKM Binaan Jakpreneur

Seperti diketahui, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Desember 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 3,0±1 persen.

Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) di samping untuk memitigasi dampak rambatan dari masih kuatnya dolar AS dan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. (RRD)