ECONOMICS

Erdogan Ganti Strategi Agresif Naikkan Suku Bunga, Takluk dengan ‘Segitiga Setan’?

Maulina Ulfa - Riset 25/08/2023 10:52 WIB

Bank sentral Turki menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan menjadi 25% pada Kamis (24/8/2023).

Erdogan Ganti Strategi Agresif Naikkan Suku Bunga, Takluk dengan ‘Segitiga Setan’? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank sentral Turki menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan menjadi 25 persen pada Kamis (24/8/2023). Kebijakan ini merupakan terobosan yang menandakan bank sentral Turki bersedia untuk menindaklanjuti komitmen baru upaya meredam inflasi melalui kebijakan moneter.

Suku bunga Turki sebelumnya sebesar 17,5 persen. Sementara berdasarkan jajak pendapat ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan hingga 20 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Lira Turki telah melewati ambang batas 25 per USD, tepatnya 15,85 per USD naik 0,26 persen dan pulih dari posisi terendah sepanjang masa dan mencapai level terkuatnya sejak 23 Juni.

Kenaikan ini menyusul keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih besar dari perkiraan, ditambah dengan kesiapannya untuk melakukan hal tersebut. memperketat kebijakan lebih lanjut jika diperlukan untuk memitigasi inflasi.

Dalam pernyataannya pada Kamis, komite bank sentral Turki mengatakan pihaknya memutuskan untuk melanjutkan proses pengetatan moneter untuk menetapkan jalur disinflasi sesegera mungkin dan memperkuat ekspektasi inflasi.

Diketahui Turki masih terjebak dalam inflasi yang tinggi sejak 2022. Tingkat inflasi tahunan di Turki meningkat untuk pertama kalinya dalam 9 bulan menjadi 47,8% pada Juli 2023 dari 38,2% pada Juni. Inflasi ini juga di atas perkiraan pasar sebesar 47,3%, karena beberapa kenaikan pajak dan depresiasi lira yang mendorong harga lebih tinggi.

Tingkat inflasi yang tinggi ini mendorong bank sentral untuk merevisi perkiraan inflasi untuk akhir tahun dari 22,3% menjadi 58%.

Bank sentral juga mewanti-wanti pihaknya memperkirakan inflasi Turki di akhir tahun nanti akan berada di batas atas kisaran perkiraan.

Inflasi Turki sebenarnya telah menurun sejak mencapai puncaknya sebesar 85% pada Oktober 2022.

Bank sentral Turki mengatakan inflasi disebabkan karena masih kuatnya permintaan domestik, tekanan upah, nilai tukar, inflasi jasa yang terus-menerus, dan peraturan perpajakan.

Erdogan Balik Arah?

Langkah bank sentral Turki ini berbanding terbalik dengan kebijakan beberapa bulan lalu. Bank sentral Turki pada September 2022 sembat memangkas suku bunga utamanya, meskipun inflasi di negara tersebut melonjak melampaui 80%.

Para pengambil kebijakan moneter di negara itu memangkas sebesar 100 basis poin menjadi 12%. Pada Agustus 2022, tingkat inflasi Turki tercatat sebesar 80,2%, meningkat selama 15 bulan berturut-turut dan merupakan level tertinggi dalam 24 tahun.

Turki juga memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin di bulan yang sama, dan secara bertahap menurunkan suku bunga sebesar 500 basis poin sejak akhir tahun 2021 hingga akhir 2022 sehingga memicu krisis mata uang.

Langkah pemotongan tersebut diperlukan karena pertumbuhan dan permintaan terus melambat dan juga disebabkan oleh meningkatnya risiko geopolitik.

Pada Juni lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menunjuk mantan bankir Wall Street Hafize Gaye Erkan sebagai gubernur bank sentral yang baru. Ini menunjukkan pergeseran kebijakan Erdogan dalam menurunkan suku bunga seiring melonjaknya inflasi.

Bank sentral sejak itu mengumumkan kenaikan suku bunga pada Juni dan Juli, meskipun langkah pada Juli tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.

Liam Peach, ekonom senior pasar negara berkembang di Capital Economics, mengatakan dalam catatannya pada hari Kamis bahwa pergerakan suku bunga terbaru akan sangat membantu dalam meyakinkan investor bahwa terjadi pergeseran sikap ‘kolot’ Erdogan terkait kebijakan ekonomi.

“Sejauh menyangkut prospek ekonomi makro Turki, hal ini bisa menjadi sebuah pengubah keadaan, membuka jalan bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga ke tingkat yang jauh lebih tinggi dan mengatasi ketidakseimbangan makro Turki,” kata Liam dikutip CNBC Internasional, Kamis (24/8).

Bahkan pada 2020 lalu, Erdogan sesumbar bersumpah untuk membasmi segitiga setan atau the devil's triangle. Istilah ini digunakan Erdogan untuk suku bunga tinggi, inflasi, dan valuta asing.

Menurut Erdogan, suku bunga tinggi hanya akan membebani pertumbuhan ekonomi. Suku bunga tinggi juga hanya akan menjadi bahan bakar inflasi.

Sehingga Erdogan terlalu banyak mengintervensi kebijakan moneter bank sentral dan membuat Turkiye Cumhuriyet Merkez Bankasi kehilangan independensinya. 

Hal ini membuat lira Turki yang harus menanggung dampaknya. Sejak 2022, lira Turki terdepresiasi paling dalam terhadap USD. Hingga Juni 2023, lira Turki melemah sekitar 20% terhadap dolar sejak awal tahun. (ADF)

SHARE