ECONOMICS

Erick Thohir Beberkan Berbagai Peran BUMN dalam Transisi Energi

Suparjo Ramalan 14/11/2022 19:20 WIB

Langkah tersebut pun menjadi perhatian dunia internasional. 

Erick Thohir Beberkan Berbagai Peran BUMN dalam Transisi Energi. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membeberkan peran perusahaan pelat merah dalam transisi energi menuju bauran energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Langkah tersebut pun menjadi perhatian dunia internasional. 

Dia mengatakan telah menginisiasi dibentuknya PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Maret 2021.

Perusahaan ini sebagai peta jalan pengembangan baterai kendaraan listrik yang dilakukan BUMN, hasil kerja sama MIND ID, PT Antam Tbk, PT PLN (Persero), dan Pertamina (Persero).

"Terbukti apa yang kita lakukan terkait transisi energi mendapat perhatian dunia," ungkap Erick, Senin (14/11/2022).

Lalu, PT Bukit Asam Tbk bekerja sama dengan PT Jasa Marga (Persero) mewujudkan energi ramah lingkungan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di jalan Tol Bali Mandara. 

Berikutnya, PLN dan Pertamina Patra Niaga telah mengembangkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) atau charging station untuk mendukung operasional kendaraan listrik yang akan digunakan dalam acara puncak KTT G20 di Bali.

Selain itu, PT INKA (Persero) memproduksi bus listrik untuk transportasi umum delegasi KTT G20 di kawasan Nusa Dua, sebagai komitmen perusahaan mendukung pemerintah melakukan peralihan kendaraan dari moda transportasi berbahan bakar fosil ke kendaraan bertenaga listrik atau baterai.

Senada, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan transisi energi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, lantaran Indonesia sudah menetapkan target mencapai emisi net zero pada 2060 dan pengurangan 32% emisi pada 2030. 

"Jadi saya rasa bagaimana BUMN mengembangkan portofolio untuk mengurangi emisi karbon, bisa secara individu atau sinergi dengan ekosistem BUMN,” ujar Pahala.

Dia mencatat, Indonesia memiliki banyak sumber EBT, misalnya geothermal, hydro power, energi surya, biomassa, biofuel, dan lain-lain hingga mencapai potensi 437 gigawatt (GW) yang siap dioptimalkan oleh BUMN.

“Tiga perusahaan BUMN di bidang energi dan pertambangan (PLN, Pertamina dan MIND ID) punya inisiatif yang lengkap terkait energi, termasuk membangun sistem yang inovatif,” kata dia.

Melalui pendekatan yang praktis untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara serta membangun ekosistem energi bersih, transisi dari bahan bakar berbasis fosil diharapkan bisa dikurangi secara perlahan.

PLN telah melakukan berbagai upaya mengurangi pemakaian batu bara pada
pembangkit listrik, di antaranya menghapus 2 Gigawatt (GW) penggunaan batu bara dari pembangkit listrik dan berpartisipasi terhadap pembangunan 43% dari total SPKLU nasional untuk percepatan pertumbuhan EV di Indonesia.

PLN menggandeng berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam mengembangkan EBT, misalnya ACWA Power, salah satu perusahaan energi dari Arab Saudi, yang saat ini sedang menjajaki kerja sama untuk pembangunan EBT sebesar 600 - 800 Megawatt dan green hydrogen sebesar 100 Megawatt dengan potensi total investasi sebesar USD12 - 16 miliar.

Lalu, MIND ID yang beranggotakan PT Inalum (Persero), PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, dan PT Timah Tbk juga menetapkan target penurunan emisi sebesar 1% pada 2022. 

Komitmen ini merupakan representasi perusahaan menurunkan emisi dari sektor energi dan Industrial Process and Product Uses (IPPU) sebesar 15,8% pada 2030 dan mendukung aspirasi net zero emission pemerintah pada 2060. 

MIND ID juga menggandeng berbagai partner baik di dalam dan luar negeri untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, seperti dengan Arrival, perusahaan pengembang kendaraan listrik dari Inggris.

Kemudian, Pertamina juga berupaya mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060. Pada fase pertama (2022-2025), Pertamina menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 3 juta tCO2e, fase kedua (2026-2030) pengurangan sebesar 11 juta tCO2e, dan fase ketiga (2031-2060) pengurangan sebesar 27 juta tCO2e. 

Berbagai kolaborasi dilakukan oleh Pertamina, misalnya dengan Pondera BV. Kerja sama Pertamina dengan perusahaan asal Belanda ini dilakukan untuk mengembangkan PLTB dan menggali potensi produksi green hydrogen di Indonesia. (NIA)

SHARE