Erick Thohir Buka-bukaan Soal Arah Kebijakan BUMN, Condong ke Investor atau Negara?
Erick Thohir buka-bukaan soal keberpihakan BUMN terhadap kepentingan negara dan pasar (investor).
IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka-bukaan soal keberpihakan perusahaan pelat merah terhadap kepentingan negara dan pasar (investor).
Erick sempat ditanya mengenai arah kebijakan Kementerian BUMN akan condong pada kepentingan negara atau pro terhadap pasar. Mantan Presiden Inter Milan itu menjawab bahwa banyak pilihan yang bisa diambil, tapi tak selalu dikotomi pasar versus negara.
“Pilihan kebijakan ekonomi itu beragam, mau market led atau state led, pilihan tergantung konteks lokal dan strategi nasional kita,” ujar Erick, dikutip Senin (3/10/2022).
Dia mencontohkan di dunia ada negara maju seperti Amerika dan di Eropa yang mengambil kebijakan sangat pro pasar, tapi ketika krisis mereka juga kepayahan. Di sisi lain, ada yang dikendalikan negara, seperti China dan Vietnam, dalam beberapa hal negara itu bisa bertahan dari krisis.
Menurutnya, Indonesia harus belajar dari berbagai pengalaman negara lain. “Satu hal yang pasti, Indonesia adalah negara demokrasi dan populasi Muslim terbesar di dunia,” ujarnya.
Dengan realisasi itu, kebijakan yang dibuat harus mencerminkan realitas yang ada. “Kita punya market besar, kita ada UMKM, dan kita juga punya pasar yang tak seimbang berhadapan dengan dinamika bisnis global,” tuturnya.
Karena itu, lanjut Erick, dalam menata BUMN dia mengacu pada pelajaran dari negara-negara Skandinavia yang menyeimbangkan pasar dan negara.
"Negara dituntut hadir, misalnya pada saat Covid-19. Negara harus beri bantuan saat rakyat susah, ada intervensi pasar,” ujarnya.
Dia mengatakan saat krisis vaksin saat pandemi Covid-19 kemarin hanya dua negara yang merespon permintaan bantuan dari Indonesia, yaitu Inggris dan China. “Semua negara memikirkan kebutuhan domestiknya, itulah pentingnya kita membangun ketahanan ekonomi dan kesehatan secara mandiri”.
Dia juga memastikan bahwa pemerintah berkolaborasi dengan swasta agar ada pembagian peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“BUMN misalnya tak perlu masuk ke pabrik mi instan. Tapi BUMN bisa memperkuat industri gula. Selama ini kita impor gula, padahal lahan kita luas. Tebu juga bisa diolah produk turunannya jadi ethanol misalnya,” ujar Erick.
(FRI)