ECONOMICS

Erick Thohir Pede BUMN Mampu Kontribusi Dividen hingga Rp80 Triliun di 2024

Suparjo Ramalan 05/05/2023 20:30 WIB

Erick Thohir meyakini dividen yang dikontribusikan perusahaan pelat merah bertahan di kisaran Rp50 triliun hingga Rp80 triliun di 2024.

Erick Thohir Pede BUMN Mampu Kontribusi Dividen hingga Rp80 Triliun di 2024. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakini dividen yang dikontribusikan perusahaan pelat merah bertahan di kisaran Rp50 triliun hingga Rp80 triliun pada 2024. Optimisme itu didasarkan pada kinerja dan pendapatan perseroan negara tahun ini. Pada kuartal I-2023 saja, pendapatan BUMN secara konsolidasi sudah mencapai Rp730 triliun.

Jumlah tersebut naik 15% dibandingkan periode yang sama 2022 yakni Rp630 triliun. Erick berharap kinerja dan pendapatan perusahaan tahun ini bisa meyumbang dividen pada tahun depan. 

"Kalau pendapatannya naik, mudah-mudahan dividen yang Rp80,2 triliun tahun kemarin (kinerja BUMN), mungkin tahun ini (kinerja) angkanya tetap bisa di Rp50 triliun - Rp80 triliun," ungkap Erick, Jumat (5/5/2023). 

Dia mengatakan nominal dividen 2024 baru berupa proyeksi. Artinya, nilai itu bisa direalisasikan tergantung pada fluktuasi kinerja dan pendapatan BUMN tahun ini. 

"Saya belum memutuskan karena masih harus proses keuangan yang harus dilakukan," ucap dia. 

Adapun, dividen yang dikontribusikan BUMN tahun ini ditargetkan mencapai Rp80,2 triliun. Setoran itu diberikan perusahaan pelat merah dengan status terbuka (Tbk) dan tertutup (Persero).

Dividen BUMN yang sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai Rp50,20 triliun. Emiten terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, (BNI).

Lalu, PT Bank Tabungan Negara Tbk, (BTN), PT Telkom Indonesia Tbk, PT Semen Indonesia Tbk, PT Jasa Marga Tbk. 

Sementara, dividen perseroan yang belum melantai di pasar modal sebesar Rp 29,97 triliun. Angka ini dibagikan oleh PT Pertamina (Persero), Holding BUMN Pertambangan atau Indonesia Asahan Aluminium (MIND).

Lalu, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT PLN (Persero), PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) atau BKI, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Perum Perhutani, dan PT Bio Farma (Persero). 

"Lalu yang tertutup, nah yang tertutup ini proses, kita duduk sama Kemenkeu, itu Pertamina, Inalum, Pupuk Indonesia, yang sekarang pupuk itu untungnya penjualan dari amonia," tutur Erick. (NIA)

SHARE