ECONOMICS

ESDM Ungkap Fakta Baru Blok Warim, Harta Karun Migas di Papua

Atikah Umiyani/MPI 02/11/2023 16:27 WIB

Kementerian ESDM mengungkapkan fakta baru mengenai Blok Warim di Papua, yang menyimpan potensi minyak dan gas (migas) dalam jumlah besar.

ESDM Ungkap Fakta Baru Blok Warim, Harta Karun Migas di Papua. Foto: MPI

IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan fakta baru mengenai Blok Warim di Papua, yang menyimpan potensi minyak dan gas (migas) dalam jumlah besar. Blok migas ini telah dilelang pemerintah.  

Pemerintah telah memecah Wilayah Kerja (WK) yang masuk dalam Blok Warim, menjadi Akimeugah I dan Akimeugah II. Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Tutuka Ariadji mengungkapkan pemecahan blok itu dilakukan setelah memotong wilayah yang bersinggungan dengan Taman Nasional Lorentz. 

"Sudah (dilelang), Warim itu kita ganti nama dengan Akimeugah 1 dan 2. Dengan memotong bagian Warim yang masuk ke Taman Lorenz. Nah itu ada ekstra 10% yang kita potong," kata dia ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Tutuka menuturkan, pemotongan dilakukan agar tidak menjadi permasalahan dengan lingkungan termasuk dengan UNESCO. Diakuinya, pihaknya juga sudah berbicara dengan Kementerian LHK terkait proses ini. 

Itu karena Indonesia membutuhkan sumber daya yang cepat untuk dikembangkan sehingga pemotongan dan pemecahan WK dilakukan. 

"Jadi kita potong LID H, sehingga yang bersinggungan dengan Taman Nasional hilang. Akimeugah 1 dan 2 Sudah kita lelang yang kemarin barengan dengan Natuna itu," ujarnya. 

Ia pun memastikan pemotongan ini juga tidak berpengaruh signifikan terhadap potensi Warim itu sendiri.

"Giant dia, gede. Jadi Warim itu di Akimeugah itu ada yang gas, ada yang minyak. Besar bukan ukuran kecil. Kita ambil   seberapanya itu masih besar," ujarnya. 

Namun diakui Tutuka, kondisi infrastruktur di sekitar memang kurang memadai. Hal itulah yang membuat pihaknya memberikan kategori daerah berisiko tinggi. 

"Jadi kalau untuk minyak ya 50%, kalau untuk gas ya 55% 45%. Yang paling high risk," imbuhnya.

Ia juga mengungkapkan, sudah ada beberapa perusahaan-perusahaan raksasa yang menyatakan minat terhadap blok ini. Namun dirinya belum bisa menyebutkan secara rinci perusahaan tersebut. 

Ia hanya bilang, ada beberapa perusahaan yang telah membeli data, namun belum dikembalikan. Katanya, perusahaan itu juga bukan perusahaan kecil. 

"Tapi bukan perusahaan kecil. Tapi pada waktunya akan saya sampaikan. Karena mereka kan belum dikembalikan, nanti kalau kita diomongin tidak jadi kan. Mereka juga bisa tidak terima kalau kita omongkan bahwa mereka baru beli data," tuturnya. 

"Gini ya, ada yang akhir tahun ini, ada yang awal tahun depan. Karena ada dua itu, ada Natuna sama Warim. Saya agak lupa yang sampai Desember itu apakah yang Warim atau yang Natuna. Tapi kalau boleh dikatakan, pokoknya awal tahun depan itu sudah ya," ucap dia. 

SHARE