ECONOMICS

Evolusi Tol Jasa Marga (JSMR) Bawa Indonesia ke Level Berbeda

Selfie Miftahul Jannah 21/03/2024 14:42 WIB

Hanya butuh waktu sekitar 45 menit dari Cisauk menuju Cibubur melewati jalan tol salah satunya tol Serpong-Cinere yang dikelola PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Evolusi Tol Jasa Marga (JSMR) Bawa Indonesia ke Level Berbeda. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Jumat sore Daniel (30) tengah sibuk mencari karpet tebal di salah satu toko furniture di kawasan Bukit Damai Serpong (BSD). Daniel mendadak belanja bukan dalam rencana iseng, namun ia mendapat kabar bahwa hari itu orang tua dan keluarga Daniel akan datang dari Bandung untuk berkunjung dan menginap di rumahnya di bilangan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten. 

“Nyampenya, malem kali ya,” kata Daniel sambil terus mengecek telepon genggamnya, saat bercerita kepada IDXChannel Jumat (1/3/2024) silam.

Selain membeli karpet untuk alas tidur, tak lupa Daniel juga buru-buru membeli kipas dan perkakas kebutuhan lain untuk menyambut keluarga. Waktu pun berlalu sampai Daniel sudah pulang sambil membawa barang serta menata rumah hingga malam hari. 

Namun keluarga belum juga datang dari Bandung. 

“Saat keluarga saya whatsapp, balesnya lagi siap-siap terus, ya selama dibales saya pikir baik-baik saja,” ujar dia. 

Telepon genggamnya pun akhirnya berdering pada Sabtu pagi, saat itu itu Daniel terbangun, Natalia yang merupakan adik Daniel akhirnya memberi kabar. 

"A, di google maps udah deket, kita lagi jalan ke rumah Aa ya," ujar sang adik dari seberang sambungan telepon pagi itu.

Lama dinanti, rombongan tiba sekitar pukul 06.30 WIB. Alih-alih caria karena bertemu anak yang telah lama merantau dari kampung halaman, sang ayah malah tampak begitu gusar.

"Jauh banget sih rumahnya!," keluh sang ayah, sembari turun dari mobilnya seraya berjalan ke arah teras dan duduk beristirahat di kursi kayu.

Kepada Daniel, sang adik menceritakan perjalanan keluarga yang baru saja menempuh rute yang cukup panjang dan melelahkan. Bagaimana tidak, rombongan rupanya sudah berangkat dari Bandung pada pukul 01.00 dini hari dan baru tiba sekitar pukul 06.30. 

Dengan kata lain, mereka baru saja menempuh perjalanan sekitar enam jam dari Bandung menuju Cisauk.

Setelah panjang lebar bercerita Daniel baru mengetahui jika rombongan melakukan perjalanan melewati jalan raya biasa lantaran sang ayah keras kepala menghindari jalan tol demi menekan ongkos perjalanan. 

Selain itu rupanya rombongan juga memilih untuk melakukan perjalanan pada dini hari untuk menghindari macet dan panas.

Daniel hanya bisa menggelengkan kepala saat itu sambil melihat ayahnya tampak kelelahan sambil meluruskan kaki di kursi kayu di teras rumahnya. 

Sang ibu dan adik-adiknya juga tak kalah kelelahan, mereka lebih memilih untuk duduk lesehan di ubin dingin daripada karpet baru yang sudah ditata Daniel di dalam rumah.

Setelah dirasa cukup beristirahat untuk mandi menyegarkan diri, Ayah Daniel langsung meminta rombongan bergegas kembali masuk ke mobil pada siang hari. Tentu kali ini dengan mengajak Daniel.

Rupanya mereka jauh-jauh datang dari Bandung bukan tanpa alasan. Keluarga Daniel bermaksud menghadiri undangan pernikahan anak kerabat mereka yang berlokasi di Cibubur, Jakarta Timur.

Tak mau cerita sang adik terulang, Daniel berkeras memaksa ayahnya melakukan perjalanan lewat jalan tol. Tak butuh waktu lama dari rumah Daniel menuju pintu tol terdekat di kawasan BSD, Tangerang Selatan.

Dari dalam mobil, Daniel memperhatikan gelagat sang ayah yang tampak terbelalak melihat gedung-gedung tinggi menjulang di kiri dan kanan jalan tol yang posisinya lebih tinggi dari jalan umum di bawahnya.

Hanya butuh waktu sekitar 45 menit dari Cisauk menuju Cibubur melewati jalan tol salah satunya tol Serpong-Cinere yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR).

"Pah, kalau lewat tol memang kita bayar, tapi kan waktu tempuhnya juga lebih singkat. Jadi tenaga kita juga enggak habis di jalan," jelas Daniel sembari terus memberikan penjelasan dan pengertian kepada sang Ayah.

Dari sini, mata sang ayah mulai terbuka melihat level yang berbeda, bagaimana pembangunan infrastruktur memberikan dampak yang besar dalam mempermudah masyarakat melakukan aktivitas. 

Memang sejak 22 Desember 2023 PT Jasa Marga (JSMR) membuka ruas Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2. Jalur tersebut tersambung dalam rangka mendukung kelancaran konektivitas Jalan Tol di Jabodetabek. Ruas tol tersebut adalah Jalan Tol Serpong - Cinere Seksi 2 Pamulang - Cinere (3,64 Km).

Jalan Tol Serpong - Cinere sebelumnya telah beroperasi Seksi 1 Jalan Serpong - Pamulang sepanjang 6,50 Km, jalur ini sudah beroperasi sejak April 2021. Kemudian ada pembangunan Seksi 2 Pamulang - Cinere dengan penambahan 3,64 Km, sehingga total Jalan Tol Serpong - Cinere yang telah beroperasi adalah sepanjang 10,14 Km.

Pembangunan ini hanya sebagian kecil dari ribuan kilometer jalan tol yang dibangun dan dikelola Jasa Marga hingga saat ini. Dalam usianya yang genap menyentuh 46 tahun pada 1 Maret 2024 lalu, Jasa Marga punya komitmen kuat mendukung konektivitas nasional. 

Hal itu setidaknya tercermin dari catatan perusahaan sebagai pemilik Jalan Tol Pertama dan Terbesar di Indonesia dengan konsesi mencapai 1.736 Km jalan tol dan panjang jalan tol yang telah beroperasi sepanjang 1.264 Km hingga Desember 2023. 

Jaringan ini meliputi ruas tol yang masih dalam tahap operasional maupun konstruksi yang terbentang dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, serta Sulawesi.

Jalan Tol Membangun Peradaban

Dalam sejarahnya di Indonesia, jalan tol memang terbukti punya peran penting dalam pemerataan ekonomi kawasan-kawasan yang dilintasinya. Itu setidaknya bisa dilihat dari jalan tol Jagorawi yang merupakan akronim dari 3 wilayah yang dihubungkan yakni Jakarta-Bogor-Ciawi. 

Jalan tol yang diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978 silam itu bukan hanya sebuah jalur jalan tol biasa, tetapi sebuah tonggak penting dalam pembangunan infrastruktur negara yang membawa pembuka masa depan transportasi dan ekonomi Indonesia ke level yang lebih tinggi.

Berkat Jagorawi, muncul pusat-pusat ekonomi baru seperti Cimanggis yang terkenal dengan lapangan golfnya, Cibubur yang terkenal dengan kawasan hunian residensialnya, Sentul yang lekat dengan sirkuit balap yang kini menjelma sebagai kawasan pemukiman elit, hingga Bogor dan Ciawi yang jadi pusat plisirnya warga ibu kota mencari hiburan dan kuliner.

Melihat keberhasilan Jagorawi, mamacu pemerintah untuk menggeber pembangunan jalan tol di berbagai wilayah. Sejak 2014, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dibantu Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan BUMN seperti Jasa Marga giat membangun jalan tol Trans Jawa yang kini menjadi andalan masyarakat melakukan perjalanan yang paling besar manfaatnya dirasakan saat musim mudik tiba.

"Tol itu bisa mentrigger titik-titik pertumbuhan ekonomi baru, bisa mempercepat mobilitas orang dan barang, mobilitas logistik sehingga karena manfaatnya dirasakan banyak permintaan - permintaan, tetapi prioritas memang masih di luar Jawa," kata Jokowi saat berkunjung ke Pasar Rakyat di Lapangan Rampal Kota Malang, Jatim, Senin (24/7/2023) silam.

Tak hanya pemerintah, para ahli di sektor transportasi dan infrastruktur mengakui evolusi dari pesatnya pembangunan jalan tol di Indonesia. Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno menjelaskan, pembangunan infrastruktur di Indonesia memang sudah naik ke level yang berbeda. 

"Levelnya Indonesia tentu sudah sangat jauh lebih baik, terutama di Pulau Jawa ya karena sudah begitu terkoneksi," jelas Djoko kepada IDXChannel, Kamis (21/3/2024).

Berevolusi Bersama Teknologi

Kembali cerita ke Daniel, perjalanannya lewat jalan tol rupanya tak henti membuat ayahnya berdecak kagum. Daniel menceritakan, salah satu yang cukup menyita perhatian sang ayah adalah ketika ia menempelkan selembar kartu untuk melakukan pembayaran di gerbang tol.

Sang ayah tampak keheranan melihat proses pembayaran berlangsung cukup singkat tanpa uang tunai dan tak perlu khawatir kembalian yang diterima kurang dari yang seharusnya.

"Tinggal tempel doang kan ya?" tutur Daniel menirukan pertanyaan sang ayah yang tampak ragu-ragu.

Reaksi ayah Daniel bisa dimaklumi lantaran evolusi sistem pembayaran di jalan tol bisa dibilang cukup pesat. Sebelum masif digunakan di berbagai moda transportasi hingga layanan umum lainnya, uang elektronik sudah jauh lebih dulu digunakan dalam sistem pembayaran di gerbang tol.

Penerapan sistem pembayaran uang elektronik ini telah membawa sistem pembayaran di Indonesia memasuki level baru yang lebih tinggi. Hal ini juga sekaligus jadi bukti komitmen Jasa Marga dalam mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan pemerintah dengan menerapkan 100 persen transaksi elektronik di seluruh ruas jalan tolnya.

Hingga saat ini, transaksi non tunai menggunakan kartu uang elektronik sudah diterapkan 100% di seluruh jaringan jalan tol digunakan. Namun, Pemerintah juga terus berinovasi untuk menerapkan sistem transaksi di jalan tol yang semakin modern. 

Hal tersebut ditandai dengan rencana penerapan Sistem Transaksi Tol Non Tunai Nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) berbasis aplikasi yang menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS)

Teknologi GNSS saat ini banyak diterapkan di negara-negara Eropa Timur, seperti Hungaria. Tidak hanya menjadi sistem transaksi, sistem MLFF berbasis GNSS ini juga akan menjadi platform bagi penerapan teknologi Intelligent Toll Road System (ITRS). 

Sehingga akan memberikan pengalaman bagi pengguna jalan dalam melakukan transaksi tol yang lebih cepat, seamless, otomatis dan tanpa henti atau waktu transaksi hanya 0 detik, namun tetap aman sehingga tidak ada lagi antrean di gerbang masuk maupun keluar Jalan Tol.

Nantinya teknologi MLFF mulai diimplementasikan para pengguna jalan tol dapat melakukan pembayaran nontunai tanpa tap kartu, yakni hanya dengan mengunduh dan mendaftarkan data pribadi pada aplikasi bernama CANTAS pada smartphone masing-masing yang telah terkoneksi internet. 

Kemudian setelah kalkulasi tarif terkoneksi pada aplikasi, uang dari masing-masing instrumen pembayaran milik tiap pengguna juga akan berkurang otomatis. Selain itu pengendara juga dapat menggunakan perangkat Electronic Route Ticket dimana pengguna dapat memilih titik masuk dan keluar sesuai rute perjalanan sekali pakai.

Elektronifikasi Jalan Tol melalui MLFF ini akan diterapkan secara bertahap. Sistem canggih tersebut telah diujicobakan di salah satu jalan tol yang dikelola Jasa Marga yakni di ruas jalan tol Bali-Mandara pada Desember 2023 silam.

Untuk tahap awal implementasi dimulai dengan masa transisi pada beberapa ruas jalan tol, dimana sebagian gardu pada setiap gerbang tol masih dapat menggunakan kartu tol elektronik. 

Selain evolusi sistem pembayaran, terobosan Jasa Marga juga terbilang masif.

Salah satunya bisa dilihat dari strategi Jasa Marga yang telah membuka jalan dalam terobosan skema pendanaan di kancah internasional dengan melakukan penawaran perdana obligasi global berdenominasi rupiah atau disebut Komodo Bond pada 2022.

Tidak hanya itu, melalui rangkaian upaya inovasinya, Jasa Marga berhasil melebarkan sayap hingga merambah aspek bisnis lainnya di luar pembangunan dan pengelolaan jalan tol.

Jasa Marga mengembangkan bisnis melalui anak-anak usaha yang dimilikinya. Beberapa bisnisnya bergerak di bidang properti dan layanan operasional jalan tol. 

Naskah ini terbit untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Jurnalistik yang digelar oleh PT Jasa Marga (Persero) menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-46 Jasa Marga.

(SLF)

SHARE