ECONOMICS

Fokus Bisnis Migas, BP Pangkas Anggaran Energi Hijau hingga USD2 Miliar

Febrina Ratna Iskana 27/02/2025 15:42 WIB

Perusahaan Inggris BP menyatakan bakal mengurangi anggaran untuk energi hijau dan kembali fokus meningkatkan produksi minyak dan gas (migas).

Fokus Bisnis Migas, BP Pangkas Anggaran Energi Hijau hingga USD2 Miliar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Perusahaan Inggris BP menyatakan bakal mengurangi anggaran untuk energi hijau dan kembali fokus meningkatkan produksi minyak dan gas (migas). Kebijakan itu diharapkan mendorong sahamnya yang tengah lesu.

Dalam sebuah pernyataan berjudul "Reset BP," perusahaan tersebut mengatakan akan mengurangi pengeluarannya untuk bisnis-bisnis transisi energi sebesar USD5 miliar per tahun hingga mencapai USD2 miliar. Sebaliknya, perusahaan tersebut akan meningkatkan investasinya ke proyek migas sekitar 20 persen hingga USD10 miliar.

CEO Murray Auchincloss mengatakan bahwa perusahaan tersebut memfokuskan pengeluarannya pada bisnis-bisnis yang menghasilkan imbal hasil tinggi untuk mendorong pertumbuhan perusahaan. Dengan begitu, BP akan sangat selektif dalam investasinya pada energi terbarukan.

"Ini adalah BP yang telah direset, dengan fokus yang teguh pada peningkatan nilai pemegang saham jangka panjang," kata Auchincloss seperti dilansir dari AP, Rabu (26/2/2025).

Strategi ini merupakan kemunduran dari rencana perusahaan yang sangat dibanggakan dalam lima tahun lalu, di bawah CEO Bernard Looney. Klaa itu, BP menurunkan produksi minyak dan gas demi bisnis karbon bersih atau nol emisi.

Auchincloss memberi tahu investor setelah rilis terbaru karena keyakinan perusahaan pada transisi ke energi hijau salah dan mereka melangkah terlalu jauh dan terlalu cepat dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, permintaan minyak dan gas, tambahnya, akan dibutuhkan selama beberapa dekade mendatang.

Namun, ia mengatakan energi terbarukan masih menimbulkan peluang signifikan dan menegaskan bahwa perusahaan masih ingin memenuhi emisi karbon nol persen pada 2050.

"Emisi karbon global perlu dikurangi, dan selain mencari lebih banyak energi, negara, perusahaan, dan pelanggan mencari produk dan layanan rendah karbon untuk mendukung tujuan dekarbonisasi mereka sendiri," katanya.

Pembaruan ini jelas ditujukan untuk meningkatkan dukungan investor mengingat harga saham perusahaan yang sedang lesu. Meski begitu, perubahan strategi tersebut tampaknya tidak menarik bagi investor, dan harga saham perusahaan justru turun 1,4 persen pada perdagangan Rabu (26/2/2025) sore.

Namun, penurunan tersebut mungkin merupakan aksi ambil untung dari pihak investor setelah reli dalam beberapa minggu terakhir karena spekulasi bahwa perusahaan akan mengubah haluan.

Kinerja saham perusahaan yang buruk dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya selama beberapa tahun terakhir seperti Shell, ExxonMobil, dan Chevron, telah memicu spekulasi pasar bahwa BP mungkin akan memindahkan pencatatan sahamnya ke New York dari London, atau bahkan menjadikannya target akuisisi.

Hedge fund AS yang berpengaruh, Elliott Management, baru-baru ini mengambil hampir 5 persen saham di BP, dan diyakini telah berupaya mendorong BP kembali ke bahan bakar fosil untuk meningkatkan laba.

Selain itu, Auchincloss telah memisahkan bisnis offshore wind BP ke dalam perusahaan patungan karena dia ingin melepas divisi onshore wind. Perusahaan juga telah memangkas biaya dalam menghadapi perdagangan yang lebih ketat, termasuk merumahkan lebih dari 5 persen tenaga kerjanya.

Di sisi lain, perubahan strategi BP menghadapi kritik tajam dari para pegiat lingkungan, yang sebelumnya mendukung desakan perusahaan bahwa masa depan merupaan energi hijau.

“Langkah raksasa minyak BP ini dengan jelas menunjukkan mengapa perusahaan dan individu superkaya, yang mengejar keuntungan jangka pendek untuk diri mereka sendiri dan pemegang saham, tidak dapat dipercaya untuk memperbaiki krisis iklim atau memimpin transisi ke energi terbarukan yang sangat kita butuhkan,” kata pegiat Inggris di kelompok aksi iklim 350.org, Matilda Borgström.

“Menyuntikkan uang ke lebih banyak minyak dan gas meningkatkan risiko dampak iklim bagi kita semua, bertentangan dengan target iklim hukum, dan dengan sektor energi terbarukan yang tumbuh secara eksponensial merupakan risiko besar bagi para pemegang saham yang sangat ingin dipuaskan BP,” tambahnya.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE