ECONOMICS

Gali Nilai Tambah Manufaktur, Kemenperin Lakukan Penguatan Nilai Pasok dan Hilirisasi

Iqbal Dwi Purnama 13/09/2021 06:19 WIB

Kementerian Perindustrian akan fokus melakukan hilirisasi dan penguatan nilai pasok agar bisa memiliki daya saing global.

Gali Nilai Tambah Manufaktur, Kemenperin Lakukan Penguatan Nilai Pasok dan Hilirisasi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Demi mendapatkan nilai tambah manufaktur (Manufacturing Value Added/MVA), Kementerian Perindustrian akan fokus melakukan hilirisasi dan penguatan nilai pasok agar bisa memiliki daya saing global.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni, mengatakan, ketersediaan bahan baku yang melimpah merupakan comparative advantage bagi industri Tanah Air. Selain itu juga didukung dengan kemudahan iklim berusaha Pemerintah melalui UU 11/2020 tentang Cipta Kerja.

“Hal ini diharapkan dapat mewujudkan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi, berdaya saing global, dan berwawasan lingkungan," ujar Febri pada keterangan tertulis yang diterima MNC Portal, Minggu (12/9/2021).

Kolaborasi kekayaan alam dan keunggulan SDM dapat dilihat dari beberapa sektor yang memiliki kinerja menonjol, misalnya industri pengolahan kayu dan furnitur. Secara keseluruhan, perkembangan permintaan global produk industri furnitur dan woodworking sangat menjanjikan. Ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) di tahun 2020 mengalami peningkatan dengan nilai USD1,91 miliar, meningkat 7.6% dari tahun 2019 yaitu senilai USD1,77 miliar.

Febri menjelaskan, saat ini pemerintah telah memberikan fasilitas kemudahan iklim berusaha, terutama antisipasi penyediaan faktor-faktor produksi utama yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja. Selanjutnya, fasilitas kemudahan iklim berusaha terutama antisipasi penyediaan faktor-faktor produksi utama yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja. 

Peningkatan nilai tambah industri dapat menciptakan multiplier effect, antara lain penyerapan tenaga kerja, devisa ekspor, serta meningkatkan kontribusi terhadap pajak dan cukai. Apalagi Indonesia dikenal memiliki keunggulan komparatif, yakni sumber daya alam (SDA) yang cukup tersedia, juga potensi sumber daya manusia (SDM) berusia produktif yang terampil, sehingga mampu meningkatkan daya saing produksi dalam negeri.

“Kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada pasar domestik yang besar, dengan tetap berorientasi ekspor. Ini yang membedakan dengan negara lain di ASEAN, seperti Singapura atau Vietnam,” ujar Febri.

Hal ini membuat Indonesia masuk jajaran eksportir produk-produk funitur besar seperti China, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam. Adapun negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020 adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman. 

“Berbagai langkah dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri, antara lain mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan menjadikan industri di Tanah Air sebagai bagian rantai pasok global,” pungkas Febri. (TYO)

SHARE