ECONOMICS

Gencar Ditawarkan Lewat GIIAS 2023, Pasar Mobil Listrik Belum Terdongkrak

Taufan Sukma/IDX Channel 22/08/2023 14:28 WIB

niatan pemerintah dalam pengembangan industri EV dalam negeri dinilai cukup ambisius.

Gencar Ditawarkan Lewat GIIAS 2023, Pasar Mobil Listrik Belum Terdongkrak (foto: MNC Media)

IDXChannel - Pameran otomotif bertajuk Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 telah rampung digelar di sepanjang pekan lalu.

Dari gelaran tersebut, nampak jelas bahwa pemerintah mencoba memanfaatkannya untuk mendorong penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), sebagai bagian dari upaya pengembangan ekosistem industri tersebut di Indonesia.

Namun demikian, dari pantauan yang terjadi lapangan, harapan tersebut rupanya masih 'jauh panggang dari api', alias masih jauh dari harapan yang diinginkan.

Soal harga EV yang masih relatif mahal untuk mayoritas masyarakat Indonesia, keraguan terkait ketersediaan stasiun pengisian dan tingkat kepercayaan publik terhadap merek baru dinilai menjadi tiga persoalan utama, sehingga aktivitas penjualan sejauh ini masih cukup terhambat.

Sebagaimana dilansir Reuters, Senin (21/8/2023), seorang pengunjung pameran bernama Dody Hartono, telah berencana membeli EV pertamanya pada 2024 mendatang. 

Namun untuk merealisasikan niatan tersebut, Dody berharap adanya kesepakatan yang lebih baik.

"Kita harus membuat orang tertarik dulu dengan EV. Mungkin dimulai dari harga yang seharusnya 60 persen lebih murah (dari saat ini)," ujar pria 54 tahun itu.

Sejauh ini niatan pemerintah dalam pengembangan industri EV dalam negeri dinilai cukup ambisius. Bersaing dengan Thailand dan India, Indonesia dapat tampil sebagai pemain alternatif dari China, yang saat ini masih menjadi produsen terbesar dunia.

Namun, ambisi tersebut dinilai cukup utopis, lantaran faktanya saat ini jumlah populasi EV di jalan raya masih kurang dari satu persen dibanding total populasi kendaraan konvensional.

Padahal, pemerintah diketahui telah memangkas pajak pertambahan nilai (PPn) pada EV dari semula 11 persen menjadi hanya satu persen saja. 
Kebijakan ini pun menjadikan harga awal Hyundai Ioniq 5 seri termurah untuk pasar Indonesia, yang semula lebih dari USD51.000, menjadi hanya di bawah USD45.000 saja.

"Harusnya (jika EV bisa dijual) dengan harga antara USD10.000 sampai USD13.000 mungkin akan jauh lebih menarik," tutur Dody. 

Berkaca dari harapan Dody itu, sejauh ini masih hanya ada dua EV yang ditawarkan dalam kisaran tersebut tersebut, yaitu Air EV Lite dari Wuling dan E1 dari Seres Group, dengan harga sekitar USD12.300.

Itu pun, bila dibandingkan dengan kendaraan konvensional, masih kalah jauh dibanding mobil bertenaga mesin termurah di Indonesia, seperti Daihatsu Ayla, yang dijual mulai dari harga di bawah USD9.000.

Senada dengan Dody, Hendra Pratama (42 tahun), pelanggan yang berbelanja EV di GIAAS 2023, menyebut bahwa harga EV di Indonesia masih tergolong premium.

Karenanya, pemerintah dan produsen/importir perlu berupaya menurunkan harga tersebut, bila memang ingin menarik minat konsumen dari kelas menengah ke bawah.

"(Harga saat ini) Itu masih tidak terjangkau," ujar Hendra.

Sementara, pengunjung yang lain, Hendra Budi (44 tahun), menilai bahwa persoalan harga pada dasarnya bukan menjadi masalah baginya, melainkan lebih pada kepercayaan pada merek yang ditawarkan.

"Lebih (mempertimbangkan) soal merek sih. Kalau misal Toyota atau Honda meluncurkan full EV, tentu saya akan lebih tertarik," ujar Hendra.

Sedangkan diketahui, Toyota mengatakan belum akan berencana membangun EV di Indonesia.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sendiri pada GIASS 2023 telah mengumumkan bahwa pemerintah akan menawarkan dua tahun lagi kepada pembuat mobil untuk memenuhi syarat guna mendapatkan insentif produksi.

Pengumuman tersebut diikuti oleh komitmen investasi dari merek Neta EV China dan Mitsubishi Motors Jepang (7211.T).

Indonesia sendiri telah menetapkan target untuk memproduksi sekitar 600.000 EV pada tahun 2030. Jumlah tersebut lebih dari 100 kali lipat dari jumlah yang terjual di Indonesia pada paruh pertama tahun 2023. (TSA)

SHARE