Genjot Produksi Minyak, PHE Targetkan Injeksi Kimia Sumur Tua di Akhir 2025
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan injeksi Chemical EOR atau Enhanced Oil Recovery di sumur-sumur tua mulai dilakukan akhir 2025.
IDXChannel - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan injeksi Chemical EOR atau Enhanced Oil Recovery di sumur-sumur tua mulai dilakukan akhir 2025. Teknologi pengurasan minyak tahap lanjut ini diharapkan mampu menggenjot produksi minyak nasional.
VP D&P Technical Excellence & Coordination Pertamina Hulu Energi Devialina Puspita Dewi menjelaskan, sebelumnya unsur kimia untuk penerapan EOR sendiri masih didatangkan dari luar. Namun, kini PHE tengah mencoba untuk melakukan blending di dalam negeri agar mengurangi ketergantungan dari luar.
"Chemical-nya itu semuanya banyak yang berasal dari luar. Jadi di sini kita coba mixing, mem-blending dan itu yang sedang progres untuk dilakukan. Harapannya itu bisa mendapatkan hasilnya dalam waktu dekat," ujarnya dalam acara Sindonews Sharing Session di iNews Tower, Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan metode yang diaplikasikan untuk meningkatkan (recovery) produksi hidrokarbon dari reservoir minyak apabila metode primary recovery dan secondary recovery tidak efisiensi lagi untuk menguras minyak. Cara memperoleh minyak yakni dengan menginjeksikan suatu zat yang berasal dari luar reservoir, seperti energi mekanik, energi kimia dan energi termik.
Ada tiga macam teknik dengan menggunakan EOR. Pertama, teknik termal dengan menginjeksikan fluida bertemperatur tinggi ke dalam formasi untuk menurunkan viskositas minyak sehingga mudah mengalir.
Kedua, menggunakan teknik chemical yaitu dengan menginjeksikan bahan kimia berupa surfaktan, hasilnya minyak dapat lebih mudah mengalir. Ketiga, proses miscible yaitu dengan menginjeksikan fluida pendorong yang akan bercampur dengan minyak untuk lalu diproduksi.
"Sebenarnya pilot (project)-nya sudah mulai dan berhasil, dan kemudian kita akan mencoba untuk injeksikan di dalam lapangan dengan scale yang lebih besar lagi akhir tahun ini. Jadi beberapa inovasi itu terus kita lakukan," kata Devialina.
Dia menerangkan, inovasi teknologi ini menjadi kunci dalam produksi minyak yang lebih optimal. Mengingat saat ini usia sumur pertamina 80 persen masuk dalam kategori sumur tua, sehingga produksi minyaknya mulai berkurang.
Kondisi ini membuat reliabilitas sumur menjadi tantangan besar, baik dari sisi biaya operasional maupun teknis. Kalaupun biaya investasi yang dikeluarkan untuk mendorong lifting sumur tua, maka harganya kurang masuk dalam hitungan bisnis.
"Itu sangat challenging, sangat membutuhkan perhatian lebih, baik dari sisi biaya, atau tekniknya," kata dia.
Kedua, Devialina mengatakan, di samping sumur yang sudah menua eksplorasi untuk mencari sumur-sumur baru di Indonesia pun potensinya tidak lagi sebesar sumur-sumur masa lalu. Sehingga, volume produksi cenderung menurun meski eksplorasi dilakukan, sementara biaya operasional semakin tinggi.
(Dhera Arizona)