ECONOMICS

Geram Tarif Impor AS Naik Lagi, China Siapkan Tindakan Balasan 

Dian Kusumo Hapsari 15/05/2024 13:39 WIB

China mengecam langkah pemerintahan Biden yang menaikkan tarif AS atas sejumlah besar impor China.

Geram Tarif Impor AS Naik Lagi, China Siapkan Tindakan Balasan. (Foto: MNC media)

IDXChannel - China mengecam langkah pemerintahan Biden yang menaikkan tarif AS atas sejumlah besar impor China. Kementerian Perdagangan China berjanji akan mengambil tindakan tegas, tanpa memberi rincian lebih lanjut.

"China akan mengambil langkah tegas untuk melindungi hak dan kepentingan kami sendiri," kata pihak kementerian dalam sebuah pernyataan pada Selasa (14/05/2024). "AS harus segera memperbaiki tindakannya yang salah dan membatalkan tarif tambahan terhadap China."

Presiden AS Joe Biden meingkatkan tarif atas impor dari China termasuk semikonduktor, sel surya, dan mineral penting, dengan tarif berkisar dari 25 persen untuk baterai hingga 100 persen untuk kendaraan listrik. Pengumuman tersebut merupakan hasil dari tinjauan kenaikan tarif Donald Trump — yang tidak satupun dibatalkan.

China menyebut tarif tambahan tersebut sebagai "manipulasi politik," karena dilakukan menjelang pemilihan umum AS tahun ini.

Sebagai tanggapan atas kenaikan tarif Trump sejak 2018, Beijing sering mencoba pendekatan tit for tat atau berusaha untuk membalas besaran dan cakupan  dari tindakan AS. Namun, para analis memperkirakan respons kali ini akan lebih terbatas.

"Balasan langsung Beijing terhadap AS akan menghindari eskalasi tajam," demikian prediksi dari Michael Hirson, mantan pejabat Departemen Keuangan AS yang sekarang memimpin analisis China di 22V Research. "Tindakan yang melawan perusahaan-perusahaan AS terkemuka atau meningkatkan pembatasan rantai pasokan, seperti membatasi ekspor mineral penting, akan merugikan upaya Xi untuk memperkuat keyakinan domestik dan internasional di China."

Presiden Xi Jinping dalam beberapa bulan terakhir telah memimpin upaya untuk memperkuat investasi asing yang menurun di China. Hirson menambahkan bahwa "kepemimpinan China juga akan berusaha untuk menghindari tindakan yang membuat China menjadi pusat kampanye presiden AS."

Dalam sebuah briefing pada Selasa (14/05/2024) sore, juru bicara Kedutaan Besar China, Liu Pengyu, mengatakan tuduhan tentang kelebihan kapasitas China adalah "narasi palsu" yang bertujuan untuk menghambat ekonomi negara tersebut. Dia memuji sektor manufaktur China sebagai lebih kompetitif, inovatif, dan efisien.

"Kami ingin memberi tahu rekan-rekan kami di AS bahwa menyalahkan orang lain tidak akan membuat Anda lebih kompetitif," kata Liu kepada para wartawan. "Berhentilah menggunakan kelebihan kapasitas sebagai alasan untuk proteksionisme perdagangan. Berhenti mempolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan."

Menurut Tobin Marcus dan Chutong Zhu di Wolfe Research di New York, tindakan AS yang diumumkan pada Selasa sendiri masih terbatas — yang mungkin membantu untuk mengendalikan respons Beijing. Kenaikan tarif Biden hanya meningkatkan "total volume impor yang terekspos" dari China sebesar 8%, dan "periode penerapan bertahap akan mengurangi dampaknya," tulis mereka dalam sebuah catatan.

"Kami memperkirakan akan ada tanggapan dari China, tetapi Beijing akan berusaha untuk proporsional, yang berarti dampak buruknya ke AS akan terbatas," tulis Marcus dan Zhu.

Biden sedang berusaha menyeimbangkan sikap kerasnya terhadap China, dan berjanji melindungi lapangan kerja di AS tanpa mengganggu ekonomi domestik atau meningkatkan inflasi.

Bulan lalu, dia berjanji akan memberlakukan tarif 25 persen atas baja dan aluminium China yang sebagian besar tidak berdampak, karena negara Asia tersebut hanya menjual sedikit ke Amerika.

Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan pada Senin sebelum pengumuman tarif bahwa "semoga kita tidak akan melihat respons signifikan dari China — tetapi selalu ada kemungkinan."

Dia menambahkan pada Selasa bahwa tarif baru akan melindungi perusahaan dan pekerja AS tanpa merugikan konsumen negara tersebut.

"Saya tidak percaya bahwa konsumen Amerika akan melihat peningkatan harga yang signifikan," kata Yellen dalam sebuah wawancara di PBS NewsHour.

(DKH)

SHARE