GIAA Bakal Selektif Buka Rute Internasional usai Bukukan Rugi Rp1,6 Triliun
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyatakan akan terus memperhatikan kondisi pasar transportasi udara dengan fokus terhadap rute domestik.
IDXChannel - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyatakan akan terus memperhatikan kondisi pasar transportasi udara dengan fokus terhadap rute domestik. Strategi operasional ini membawa manajemen untuk lebih selektif terhadap rute mancanegara.
“Fokus utama pada rute domestik dan selektif rute internasional yang memberikan hasil yang positif,” kata manajemen sebagaimana dilansir dari laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (1/10/2024).
Tak hanya itu, GIAA juga mendorong optimalisasi armada melalui penyesuaian atas armada yang ada saat ini. Sebab, terjadi penurunan drastis pada 2021-2022 akibat pandemi, dari total 210 pesawat pada 2019.
“Sekarang mulai menjadi 159 pesawat sampai dengan tahun 2026,” katanya.
Sinergi perencanaan penerbangan juga menjadi perhatian GIAA dengan menerapkan harga yang dinamis dan sesuai rencana. Perseroan juga mendorong efisiensi terhadap seluruh komponen biaya yang ada, hingga mendukung restrukturisasi untuk anak usaha.
Sebagai pengingat, GIAA mendapat suntikan sejumlah Rp7,5 triliun, dan Rp725 miliar dari Penyertaan Modal Pemerintah Republik Indonesia (PMN) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Ini merupakan pencapaian perusahaan terhadap langkah restrukturisasi sederet utang yang menumpuk, hingga akhirnya mendapatkan putusan homologasi pada 27 Juni 2022.
“Keberhasilan restrukturisasi utang dan pendanaan tambahan dari PMN, memberikan dampak positif kepada perusahaan, baik terhadap kinerja keuangan dan operasi,” ujar manajemen.
Sebagai informasi, perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha pada semester I-2024. Padahal, rugi usaha kian membengkak di periode tersebut yakni USD101,65 juta atau Rp1,6 triliun (kurs Jisdor BI pada 28 Juni 2024, Rp16.394 per USD).
Pendapatan usaha maskapai penerbangan pelat merah ini meningkat 18,2 persen year-on-year (yoy) menjadi USD1,62 miliar atau setara Rp26,5 triliun.
Ini terdiri dari penerbangan berjadwal USD1,27 miliar, dan penerbangan tidak berjadwal mencapai USD177,96 juta. GIAA juga menerima pendapatan lainnya mencapai USD167,57 juta.
(Dhera Arizona)