ECONOMICS

Goldman Sachs Turunkan Proyeksi Harga Minyak Mentah ke Bawah USD100 per Barel

Maulina Ulfa - Riset 20/03/2023 14:57 WIB

Raksasa perbankan investasi Goldman Sachs (GS) telah memangkas proyeksinya untuk harga minyak mentah Brent Berjangka menjadi di bawah USD100/barel di 2023.

Goldman Sachs Turunkan Proyeksi Harga Minyak Mentah ke Bawah USD100 per Barel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Raksasa perbankan investasi global Goldman Sachs (GS) telah memangkas proyeksinya untuk harga minyak mentah Brent Berjangka menjadi di bawah USD100 per barel pada 2023.

Pada Sabtu (18/3), Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak mentah Brent menjadi rata-rata USD94/barel dalam 12 bulan ke depan dan menurunkannya menjadi USD97 per barel pada paruh kedua 2024.

Terlepas dari optimisme permintaan China, harga minyak telah turun tajam, didorong oleh krisis perbankan yang sedang berlangsung dan ketakutan akan resesi, serta investor yang panik dalam seminggu terakhir.

"Secara historis, setelah peristiwa yang melukai seperti itu, penentuan posisi dan harga hanya pulih secara bertahap, terutama harga jangka panjang," kata analis Goldman, dikutip Bloomberg News.

Selanjutnya, raksasa perbankan yang berbasis di New York tersebut telah memangkas proyeksi permintaannya untuk Amerika Utara dan Eropa dan menaikkannya untuk China pada tahun ini.

Pada Desember 2022, GS mematok komoditas ini sebagai kelas aset 'berkinerja terbaik' pada 2023 dan menjadi sangat bullish serta diperkirakan akan memberikan pengembalian lebih dari 40% kepada investor.

Sebelumnya, GS memproyeksikan minyak mentah Brent Berjangka melonjak menjadi USD105 per barel hingga Q4 tahun 2023.

Sayangnya, harga Brent Berjangka dan WTI Berjangka anjlok hingga 15% pada pekan lalu, membukukan kerugian mingguan terburuk sepanjang 2023. Kondisi ini diakibatkan krisis perbankan yang memacu kekhawatiran lebih luas dan merusak aktivitas ekonomi dan berpotensi merusak permintaan minyak mentah.

Kekhawatiran melambatnya permintaan telah sangat membebani pasar minyak tahun ini, di mana sejumlah saham raksasa minyak juga anjlok dalam perdagangan minggu lalu.

Saham Raksasa ExxonMobil (XOM) anjlok 1,34% pada penutupan perdagangan Jumat (17/3), sementara Chevron (CVX) turun 1,63%. Adapun dua raksasa lain yaitu ConocoPhilips (COP) dan Occidental Petroleum (OXY) turun masing-masing 2,06% dan 0,95% dengan penurunan paling dalam oleh COP. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pasar Minyak Sempat Optimis

Pada awal Maret lalu, sejumlah proyeksi masih menempatkan pasar minyak optimis sepanjang tahun ini.

Proyeksi Refinitiv, misalnya, memilih dua faktor yang akan mendorong harga minyak di sisi penawaran dan permintaan, masing-masing yakni Rusia dan China.

Refinitiv mengharapkan minyak mentah Brent naik di atas USD100 per barel pada akhir tahun dan rata-rata USD90 untuk setahun penuh 2023.

Sementara bank asal Inggris, Barclay's telah memangkas perkiraan harga Brent sebesar USD6 dan perkiraan WTI sebesar USD7 untuk tahun ini masing-masing USD92 dan USD87 per Maret (8/3)

Bank ini yakin produksi minyak yang sebelumnya surplus sekitar 800.000 barel per hari (bpd), akan berubah menjadi defisit 500.000 bpd pada paruh kedua 2023.

Adapun CEO Vitol Group yakin harga minyak dapat diperdagangkan di kisaran USD90 hingga USD100 per barel pada paruh kedua tahun ini. Permintaan minyak juga diproyeksi akan meningkat sebesar 2,2 juta barel per hari tahun ini. Sementara pasokan masih terbatas, sehingga ada peluang bagus untuk kenaikan harga.

Menurut JPMorgan pada akhir Februari lalu, harga minyak Mentah Brent diperkirakan tidak akan mencapai USD100 per barel pada 2023 kecuali terjadi peristiwa geopolitik besar yang kembali mengguncang pasar.

Aliansi OPEC+ dapat menambah 400.000 bpd untuk memasok pasar minyak tahun ini, dan ekspor Rusia dapat pulih pada pertengahan 2023.

Menurut bank Wall Street, produksi minyak mentah Rusia diperkirakan akan pulih pada bulan Juni mendatang sementara tingkat harga yang tinggi akan mencegah AS membeli kembali minyak mentah untuk mengisi Cadangan Minyak Strategis (SPR) negeri Paman Sam.

Namun, dalam sepekan terakhir, harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam 15 bulan terakhir. Saat ini, terbukti volatilitas pasar minyak masih berlanjut akibat tekanan pasar keuangan yang sedang gonjang-ganjing.

Minyak mentah atau crude oil masih tertekan dengan indeks West Texas Intermediate (WTI) turun 0,61 % atau sebesar 66,33 untuk kontrak April 2023. Sementara indeks minyak Brent terkoreksi 0,58 % atau 72,56 poin. Masing-masing dijual dengan harga USD 66.33 per barel untuk WTI dan USD 72.56 untuk Brent pada pembukaan perdagangan Senin (20/3).

Penurunan harga minyak masih melanjutkan kekhawatiran pasar atas melemahnya permintaan tahun ini dan kekhawatiran pasar akan krisis perbankan yang membayangi.

Pasar minyak mengalami kerugian mingguan terburuknya karena investor melakukan aksi jual besar-besaran di tengah kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi tahun ini akan menghalangi permintaan minyak. (ADF)

SHARE