ECONOMICS

Habiskan USD1 Miliar untuk Karyawan, Starbucks Pamer Likuiditas di Tengah Krisis 

Tim IDXChannel 15/09/2022 02:44 WIB

Program promosi yang digelar Starbucks berupa fasilitas pinjaman (cicilan) pembayaran bagi pelanggan yang merupakan mahasiswa baru.

Habiskan USD1 Miliar untuk Karyawan, Starbucks Pamer Likuiditas di Tengah Krisis  (foto: MNC Media)

IDXChannel - Jejaring waralaba kedai kopi asal Amerika Serikat (AS), Starbucks, baru saja mengumumkan program promosi terbarunya guna menyambut Hari Investor Tahunan di Negeri Paman Sam.

Lewat ajang hari investor, bursa saham Wall Street dan segenap industri pasar modal AS berharap dapat mempresentasikan prospek pertumbuhan sekaligus potensi yang dimiliki dalam menghadapi kinerja tahun depan.

Program promosi yang digelar Starbucks berupa fasilitas pinjaman (cicilan) pembayaran bagi pelanggan yang merupakan mahasiswa baru, dan penyediaan program rekening tabungan bagi seluruh karyawan yang tidak tergabung dalam serikat tenaga kerja.

Langkah ini menjadi yang terbaru dilakukan Starbucks bagi pekerja non-serikat, setelah pada 1 Agustus 2022 lalu perusahaan juga telah menaikkan upah per jam bagi pekerja non-serikat secara rata-rata menjadi hampir US$17 per jam.

Sebaliknya, langkah ini semakin memanaskan relasi perusahaan dengan pekerja serikat, yang oleh Starbucks diminta untuk lebih dulu bernegosiasi terkait manfaat dan fasilitas yang bakal diterima oleh karyawan, dan disepakati oleh kedua pihak.

"Kami percaya kenaikan upah baru-baru ini memiliki efek buruk pada serikat pekerja, dengan jumlah toko yang meminta pemungutan suara jatuh ke level terendah untuk tahun ini di bulan Agustus," ujar Analis BTIG, Peter Saleh, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (12/9/2022).

Bulan lalu, Dewan Hubungan Perburuhan Nasional menuduh Starbucks secara ilegal menahan upah dari pekerja yang berserikat. Pekerja di lebih dari 230 dari sekitar 9.000 jaringan Starbucks di AS sepakat mengikatkan diri pada lembaga serikat pekerja, sedangkan 48 lainnya memilih berseberangan. Permasalahan ini cukup menyita perhatian publik, mengingat total karyawan Starbucks per Oktober 2021 mencapai 235.000 orang yang tersebar di seluruh jaringan perusahaan di AS.

Namun demikian, meski Starbucks telah menghabiskan sedikitnya USD1 miliar untuk peningkatan tunjangan karyawan pada tahun fiskal 2022, sejumlah analis meyakini hal tersebut tidak akan menjadi gangguan bagi keuangan perusahaan.

Meski perekonomian AS secara umum saat ini sedang didera oleh lonjakan inflasi yang cukup buruk, Starbucks dinilai memiliki likuiditas pendanaan yang cukup kuat guna membayar tunjangan tambahan, sekaligus memperbaiki hubungannya dengan karyawan.

"Mereka memiliki likuiditas yang cukup untuk melakukan itu tanpa harus memotong dividen," ujar Analis Edward Jones, Brian Yarbrough, dalam laporan yang sama.

Tak hanya sekadar bertahan di 2022, kalangan analis memperkirakan Starbucks masih cukup mampu untuk meningkatkan belanja modalnya pada tahun fiskal 2023, untuk menambah oven, mesin espresso baru dan mempercepat pemeliharaan serta perbaikan perlatan perusahaan.

Perubahan lain yang juga dibutuhkan adalah meningkatkan operasional perusahaan yang terhenti oleh meningkatnya pemesanan seluler, minuman dingin, dan minuman yang disesuaikan.

Saat ini, Starbucks diperkirakan setidaknya memiliki USD3 miliar tunai di neraca keuangan perusahaan, dan diproyeksikan menghasilkan sedikitnya USD3,5 miliar lagi dalam bentuk tunai pada tahun depan. Di akhir tahun, Starbucks tengah mengincar pertumbuhan pendapatan jangka panjang sebesar 10 persen hingga 12 persen. (TSA)

Penulis: Nur Pahdilah

SHARE