ECONOMICS

Hadiri Pertemuan G20 di India, RI Dorong Kerja Sama Penanganan Tantangan Global

Wahyu Dwi Anggoro 19/07/2023 15:23 WIB

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali hadiri perhelatan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (FMCBG) ke-3.

Hadiri Pertemuan G20 di India, RI Dorong Kerja Sama Penanganan Tantangan Global. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  kembali hadiri perhelatan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20  (FMCBG) ke-3 di bawah Presidensi India

Pada pertemuan yang berlangsung sejak 17-18 Juli  2023 ini, para Menkeu dan Gubernur Bank Sentral membahas berbagai isu yang menjadi  prioritas negara G20 dan perlu mendapatkan perhatian bersama untuk menghadapi tantangan  global saat ini. 

Isu-isu yang diangkat dalam pertemuan tersebut antara lain: (i) ekonomi dan  kesehatan global; (ii) keuangan berkelanjutan dan infrastruktur; (iii) arsitektur keuangan  internasional; (iv) perpajakan internasional; serta (v) sektor keuangan dan inklusi keuangan. Khusus isu kesehatan global yang telah menjadi agenda prioritas sejak Presidensi G20  Indonesia tahun lalu, Menkeu Sri Mulyani mendorong negara-negara G20 untuk terus menjaga  kolaborasi antara Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan untuk Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Pandemi. 

“Kami menyambut penyelesaian call for proposals oleh Pandemic  Fund (Dana Pandemi) dan menantikan putaran pertama pendanaan yang akan masuk secara bertahap dalam beberapa bulan. Akan tetapi, mobilisasi Dana Pandemi saat ini baru mencapai USD1,7 miliar, masih jauh dibanding kebutuhan dana sebesar USD10,5 miliar,” jelas Menkeu Sri Mulyani dalam siaran pers pada Rabu (19/7/2023).

Saat ini, World Health Organization sedang mengembangkan kerangka volatilitas dan   risiko ekonomi dan kesehatan (Framework of Economic Vulnerabilities and Risks/FEVR)  berkonsultasi dengan Bank Dunia, Bank Investasi Eropa, dan Dana Moneter Internasional.

Dalam agenda keuangan berkelanjutan dan infrastruktur, Menkeu Sri Mulyani  menyampaikan ada berbagai faktor penting dalam mencapai tujuan bersama dalam  pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan agenda iklim bersama. Faktor – faktor tersebut yaitu keuangan transisi, skema pembiayaan campuran (blended finance), kebijakan  yang menyeluruh baik dari fiskal, sektor riil, makro serta mikroprudensial, dan klasifikasi  aktivitas transisi hijau. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, kolaborasi global dan upaya  internasional, termasuk pendanaan internasional dan dukungan teknis, penting untuk  membantu menurunkan biaya yang dibutuhkan oleh tiap negara untuk tetap berada di jalur  dalam mencapai target iklim dan pembangunan berkelanjutan bersama. Terkait infrastruktur,  Indonesia mendukung prinsip – prinsip G20 dalam pembiayaan kota masa depan sebagai  sebagai acuan sukarela dan tidak mengikat dalam mempercepat pembangunan infrastruktur  yang berkesinambungan untuk mencapai kota inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.

Pada agenda arsitektur keuangan internasional, Indonesia mendorong implementasi  dari roadmap Kerangka Kecukupan Modal (Capital Adequacy Framework) dari Bank Pembangunan Multilateral dan mendorong mereka untuk memiliki target konkrit untuk meningkatkan kapasitas pinjamannya. Indonesia menyampaikan bahwa G20 perlu memanfaatkan peluang untuk memperkuat Bank Pembangunan Multilateral dan investasi  swasta untuk pembiayaan Barang Publik Global (Global Public Goods/GPG). 

Indonesia dalam  hal ini dapat menjadi test case untuk pembiayaan GPG melalui inisiatif Mekanisme Transis Energi (Energy Transition Mechanism/ETM), sebagai bentuk katalisasi pendanaan pemerintah, Bank Pembangunan Multilateral, dan investasi swasta.

Isu selanjutnya yang dibahas dalam pertemuan tersebut yaitu perpajakan internasional.  Pada kesempatan tersebut, Menkeu Sri Mulyani menegaskan kembali bahwa tujuan dari Solusi  Dua Pilar, yaitu untuk meningkatkan keadilan, kemudahan, dan kepastian. Secara khusus, Pilar  Satu akan memberikan alokasi keuntungan yang lebih adil untuk meningkatkan kesetaraan.  Sedangkan Pilar Dua ditujukan untuk mengatasi permasalahan Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) yang masih tersisa. Penyediaan peningkatan kapasitas sangat penting bagi anggota Kerangka Kerja Inklusif. Peningkatan kapasitas pada Pilar Dua harus diprioritaskan karena Pilar Dua akan segera diimplementasikan.

Dalam kunjungan ini, Menteri Keuangan juga menjadi pembicara dalam berbagai forum, antara lain ( (i) Pembicara Kunci dalam High Level G20 Side-event: Seminar Achieving GrowthFriendly Climate Action and Financing for Emerging and Developing Economies; (ii) Panelis dalam G20 High Level Tax Symposium on Combatting Tax Evasion, Corruption, and Money Laundering; dan (iii) Pembicara Kunci dalam Policy Dialogues: A Roundtable Discussion on  Crypto Assets.

Selain itu, Menkeu dan rombongan juga memanfaatkan kunjungan ini untuk bertukar pikiran dengan Menkeu negara anggota G20 lainnya dan para pimpinan organisasi internasional. Para tokoh tersebut antara lain: (i) Menkeu AS, Janet Yellen; (ii) Menkeu India, Nirmala Sitharaman, (iii) Menkeu Australia, Jim Chalmers, (iv) Sekretaris Jenderal OECD, Mathias Cormann; (v) Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgiva; dan (vi) Presiden Bank Dunia, Ajay Banga.

Pertemuan bilateral dengan berbagai negara utamanya membahas kondisi makroekonomi dan fiskal, meminta dukungan untuk keanggotaan Indonesia di FATF, serta penguatan kerja sama dengan Indonesia antara lain terkait transisi energi, investasi perdagangan dan industri, serta jasa keuangan. Secara khusus, pertemuan dengan Menkeu India juga membahas realisasi dialog ekonomi dan keuangan khususnya untuk memperkuat perdagangan dan investasi serta update rencana penerapan Local Currency Transaction antara kedua negara. Pertemuan dengan Sekjen OECD membahas rencana keanggotaan Indonesia ke depan. Pada pertemuan dengan Presiden Bank Dunia secara spesifik Menkeu meminta Bank Dunia mendukung pembiayaan Pilot Project ETM Indonesia sebagai contoh implementasi pembiayaan Bank Pembangunan Multilateral untuk transisi energi dan global public goods. 

Para mitra bilateral tersebut juga menyampaikan apresiasi hasil capaian Presidensi G20 Indonesia tahun lalu, mengharapkan dukungan Indonesia atas beberapa  rencana tindak lanjut hasil capaian dimaksud, serta ikut terus mengawal proses G20 ke depan. (WHY)

SHARE