Hadiri Pertemuan G20, Mentan: Jangan Ada Negara Tutup Perdagangan Internasional
Mentan menegaskan perdagangan internasional harus dijaga dengan baik. Hal itu dia sampaikan dalam pertemuan dengan para menteri pertanian negara G20.
IDXChannel - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan perdagangan internasional harus dijaga dengan baik. Hal itu dia sampaikan dalam pertemuan dengan para menteri pertanian negara G20.
Dia mengatakan perubahan iklim menjadi ancaman serius dalam menjaga ketahanan pangan seluruh masyarakat di dunia. Sebab, perubahan iklim akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian.
Selain itu adanya pandemi Covid-19 dan konflik geopolitik semakin menghambat distribusi bahan pangan. Hal tersebut sekaligus meningkatkan ancaman krisis pangan secara global.
"Perdagangan internasional yang terganggu, baik karena Covid maupun berbagai proteksi dari kepentingan nasional masing-masing, ini yang menjadi komitmen bahwa perdagangan internasional harus terjaga dengan baik," ujar Mentan dalam konferensi pers usai melakukan pertemuan JFAMM melalui kanal YouTube Kementan, Rabu (12/10/2022).
Mengantisipasi hal tersebut, Mentan berharap setiap negara bisa saling melengkapi kebutuhan pangan yang dibutuhkan setiap negara. Konflik geopolitik menurutnya telah menjadi salah satu ancaman dalam terganggunya rantai pasok.
"Tidak boleh ada negara yang menutup hanya atas dasar kepentingan negaranya kemudian berakibat pada ekosistem perdagangan global ini," sambung Mentan.
Mentan menjelaskan pandemi Covid-19 berdampak pada pembatasan pergerakan barang dan jasa di tingkat lokal, regional dan global. Jalur logistik dan sistem distribusi pangan juga sangat terdampak serius. Sementara itu, beberapa negara menerapkan kebijakan proteksi melalui stok nasional, yang berdampak pada ketidakseimbangan sistem pangan global.
"Pada tingkat nasional, hal ini telah menyebabkan peningkatan risiko pada akses pangan dan nutrisi, terutama bagi penduduk miskin di desa dan daerah perkotaan," katanya.
Sedangkan pada tingkat global, hal tersebut juga memperparah kondisi kerawanan pangan dan gizi di negara berkembang dan negara-negara terbelakang.
Menurutnya, situasi ini menjadi semakin kompleks sehubungan dengan tantangan akibat perubahan iklim, penurunan/degradasi sumber daya alam, dan ancaman penyakit menular antar negara.
(FRI)