Harga Beras Melambung, Siapa Jawara Produsen Beras di ASEAN?
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) 2023 akan digelar di Jakarta pada pekan ini.
IDXChannel - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) 2023 akan digelar di Jakarta pada pekan ini. Salah satu isu yang dibahas dalam gelaran KTT ini adalah isu ketahanan pangan.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan seluruh negara anggota ASEAN untuk menjamin ketersediaan beras guna mendukung ketahanan pangan di kawasan ini.
Diketahui kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu produsen utama beras dunia. Pada 2021, produksi padi di negara-negara ASEAN berjumlah sekitar 199 juta metrik ton.
Jumlah ini terpantau stabil di kisaran 190-200 juta metrik ton dalam sepuluh tahun ke belakang. Pada 2012, produksi padi di negara-negara ASEAN mencapai lebih dari 206 juta metrik ton. Angka produksi pada 2021 berarti mengalami penyusutan dibanding 10 tahun sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)
Secara global, luas lahan penanaman padi diperkirakan meningkat menjadi 165,70 juta hektar pada tahun 2023-2024, dari sebelumnya sebesar 163,74 juta hektar, menurut International Grains Council (IGC).
Produksi dunia diperkirakan meningkat menjadi 521,49 juta metrik ton, naik dari 509,30 juta metrik ton. Jika rerata negara ASEAN memproduksi 200 juta metrik ton beras, maka kawasan ini menyumbang hampir 50 persen pasokan beras global.
Menurut data World Population Review 2023, China menjadi produsen beras utama dunia mencapai 148,99 juta metrik ton. Posisi kedua ditempati oleh India dengan produksi mencapai 129 juta metrik ton.
Lima negara ASEAN lainnya juga menyumbang produksi beras terbesar di antaranya Indonesia, Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Filipina masing-masing 34,4 juta metrik ton, 27,19 juta metrik ton, 19,7 juta metrik ton, 12,6 juta metrik ton dan 12,4 juta metrik ton. (Lihat grafik di bawah ini.)
Stok Aman tapi Harga Melambung
Di RI, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini pemerintah memiliki stok beras sebanyak dua juta ton, termasuk dari impor sampai akhir tahun ini.
"Terkait pangan kita ada beberapa hal yang dibahas terutama menyikapi climate change dan kekeringan ke depan. Terutama untuk mengakses komoditas strategis di ASEAN, salah satunya beras," ujarnya saat acara ASEAN Business & Investment Summit 2023, Senin (4/9/2023).
Menurutnya cadangan beras tersebut akan digunakan bantuan sosial. Nantinya, dalam sebulan pemerintah akan memberikan 210 ribu ton beras selama tiga bulan.
"Stok beras Bulog (saat ini) mendekati 1,6 juta ton. Sampai akhir tahun (ada tambahan) 400 ribu ton. Nanti semua masuk dikurangi bantuan 600 ribu ton. Jadi masih ada 1,4 juta ton," ucapnya.
Meski stok melimpah, nyatanya harga beras di dalam negeri diprediksi masih akan mengalami kenaikan. Hal tersebut seiring menipisnya stok beras.
Pengamat Pangan Universitas Pertanian Bogor (IPB) Sahara mengatakan, kemarau panjang yang disebabkan El Nino paling berpengaruh terhadap penurunan produktivitas petani dalam negeri. Bahkan produksi beras sepanjang tahun ini bakal berkurang sekitar 1,5 juta ton.
Di satu sisi, pemerintah kerap mendatang beras untuk menutup kebutuhan dalam negeri. Sedangkan negara yang menjadi langganan impor seperti India juga mulai menutup pintu ekspor, padahal India berkontribusi dalam pengadaan beras nasional sebesar 27%.
"Kenaikan harga beras itu diduga akan tetap terjadi, mengingat India sebagai negara eksportir beras itu menurun sehingga akan terus mendorong harga beras di dunia," kata dia dalam Market Review IDXChannel, Senin (4/9/2023).
Dia menilai, adanya fenomena kelangkaan beras karena produksi dan stok menipis bakal memunnculkan pihak-pihak yang melakukan penimbunan beras, yang akan menjualnya ketika harganya naik.
Mengantisipasi hal tersebut, Sahara berharap pemerintah untuk bisa melakukan intervensi pasar. Dengan demikian, masyarakat tidak menhalami kelangkaan beras dan tidak terjadi penimbunan.
"Penting sekali bagi pemerintah untuk mewaspadai potensi terjadinya penimbunan karena beras ini kan komoditas pokok, ketika harga meningkat, jangan sampai ada orang yang melakukan penimbunan," tutur Sahara.
Menurutnya, konsumsi beras dalam negeri tergolong cukup besar, bahkan sekitar 82 kilogram per kapita per tahun, dengan jumlah penduduk sekitar 256 juta orang. Karena itu, pemerintah perlu menyiapkan cadangan beras yang cukup besar. (ADF)