Harga Beras Meroket di Indonesia, Bagaimana dengan Negara Asia Lainnya?
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir blusukan ke pasar ritel, Senin (12/2/2024). Aksi itu dilakukan di tengah harga beras di pasaran yang naik
IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir blusukan ke pasar ritel, Senin (12/2/2024). Aksi itu dilakukan di tengah harga beras di pasaran yang naik signifikan.
Ketika dikonfirmasi, Erick mengaku, harga beras sedang terkerek naik. Kendati, hal itu tidak saja terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Namun, kenaikan harga terjadi hampir seluruh negara di dunia.
“Kalau harga melonjak itu bukan hanya di Indonesia, di seluruh dunia. Di seluruh (dunia), semua harga pangan memang sedang meningkat. Karena itulah, pemerintah terus hadir memberikan beberapa bantuan, seperti 22 juta KPM itu dibantu. Itu namanya bantuan pangan 10 kg, kita terus jalankan, itu negara lain enggak ada,” papar Erick.
Berdasarkan data globalproductprices.com menunjukkan rata-rata harga beras adalah USD1,95 per kg dari 82 negara yang termasuk dalam database.
Melihat data terbaru per Januari 2024, harga terendah beras adalah USD0,59 setara Rp9.212 per kg (kurs Rp15.615 per USD) di Bangladesh dan negara dengan harga beras tertinggi adalah Amerika Serikat (AS) yang mencapai USD4,50 alias setara Rp70.267 per kg.
Sementara, di Indonesia harga beras rata-rata sebesar USD1,16 per kg, setara Rp18.113 per kg, di bawah Malaysia dan Filipina. Sementara di bandingkan Singapura, China, Viet Nam, Thailand hingga India, harga beras RI rata-rata masih lebih mahal. (Lihat grafik di bawah ini.)
Penyesuaian dilakukan pada berbagai satuan pengukuran di berbagai negara untuk mencapai ukuran seragam yaitu per kg. Selain itu, data dikumpulkan oleh tim internal globalproductprices.com tanpa otomatisasi.
“Di setiap negara, kami menggunakan setidaknya tiga sumber data harga seperti jaringan toko besar dan penjual online,”ujar laporan tersebut dikutip Selasa (13/2).
Selain itu, Bank Dunia juga memperkirakan, harga beras akan tetap tinggi hingga tahun 2024, dengan asumsi India tetap mempertahankan pembatasan ekspornya. Perkiraannya mengasumsikan El Niño sedang hingga kuat.
Laporan komoditas bank yang diterbitkan pada 30 Oktober 2023 tersebut menyebutkan harga beras telah mencapai titik tertinggi pada kuartal ketiga tahun 2023 sejak krisis pangan tahun 2007-2008 akibat konflik Hamas-Israel dan El Niño.
Meskipun pengendalian yang dilakukan India menguntungkan konsumen dalam negeri, bagi miliaran orang di Asia dan Afrika yang bergantung pada pasokan beras yang stabil, tingginya harga beras dapat meningkatkan kerawanan pangan.
Di Nigeria, harga beras meningkat 61 persen dari bulan September sampai November 2023. Departemen Pertanian AS memperkirakan negara tersebut akan mengimpor 2,1 juta metrik ton beras pada tahun 2024.
Di Filipina, Presiden Ferdinand Marcos Jr. sempat memberlakukan batasan harga pada tanggal 5 September setelah harga beras mencapai titik tertinggi dalam 14 tahun pada bulan September 2023.
Mengutip VOA, Marcos menyalahkan kenaikan harga beras penyelundup, penimbun dan manipulator harga.
Selain itu, Alfie Pulumbarit, koordinator nasional di MASIPAG, jaringan petani, ilmuwan dan organisasi non-pemerintah yang berbasis di Filipina yang bekerja pada pemberdayaan petani, mengatakan kepada VOA Thai bahwa kenaikan harga pangan berdampak signifikan terhadap masyarakat di negara kepulauan tersebut. Banyak keluarga yang kini mengalami kelaparan di kawasan tersebut.
Mengutip informasi resmi, Pulumbarit mengatakan bahwa meskipun seseorang membutuhkan setidaknya 79 peso atau sekitar USD1,50 dolar per hari untuk bertahan hidup di Filipina di tengah harga beras yang mencapai USD1,10 dolar per kilogram di akhir 2023.
“Kontrol ekspor yang terus dilakukan oleh India ditambah dengan para petani yang sudah meninggalkan produksi beras di Filipina dapat menyebabkan krisis pangan dalam skala yang sangat besar,” kata Pulumbarit.
Untuk diketahui, di Indonesia para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.
Para peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok, seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas HET serta harga acuan lainnya.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengaku, hal ini disebabkan karena mendapat harga yang tinggi dari produsen.
"Faktanya saat ini, kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey. (ADF)