Harga Gabah Turun, Ini Penyebab Beras Masih Mahal
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 15,58 persen.
IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 15,58 persen.
Namun, penurunan harga gabah ini belum sepenuhnya diikuti oleh tren harga beras yang masih mahal. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hal tersebut salah satunya pola konsumsi yang variatif.
"Pola konsumsi yang variatif di antar wilayah, selain itu pola tanam dan panen pandi juga bervariasi, ini yang disebabkan perbedaan struktur permintaan beras. (Jadi) meskipun secara nasional terjadi panen raya, tapi tidak semua alami turun beras," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi per hari ini, Kamis (2/5/2024).
Amalia menambahkan, faktor lainnya yaitu karena preferensi terhadap beras lokal yang mempengaruhi kepada pembentukan harga beras.
Ia mencontohkan, beras lokal varietas Solok yang dikonsumsi Suku Minang di Riau dan sebagainya cenderung memiliki karakteristik sendiri di mana pasokan dari luar wilayah tidak serta merta mampu menekan harga beras lokal.
Berbeda dengan daerah Riau, terdapat wilayah yang bukan sentra produksi beras di Maluku dan Papua, kenaikan harga beras didorong oleh faktor pasokan dan juga faktor distribusi.
"Selain dipengaruhi oleh harga gabah, harga beras di penggilingan juga dipengaruhi oleh ongkos produksi seperti penjemuran. Kondisi ini yang biasanya terkendala karena cuaca, berpengaruh ke upah buruh, hingga biaya produksi lainnya," tutup Amalia.
(DES)