Harga Kopi Lokal Lebih Mahal dari Produk Impor, Ini Penyebabnya
Menjamurnya bisnis kopi di Indonesia diikuti dengan masuknya impor produk dari berbagai negara. Terlebih lagi harga kopi impor jauh lebih murah.
IDXChannel - Menjamurnya bisnis kopi di Indonesia diikuti dengan masuknya impor produk dari berbagai negara. Terlebih lagi harga kopi impor jauh lebih murah dengan kualitas produk yang konsisten.
Isu ini pun sempat menjadi perbicangan hangat di media sosial X (dulu Twitter). Salah satunya seperti cuitan yang diunggah oleh akun @kozirama pada Jumat (29/3/2024).
"Indonesia lagi dibanjirin kopi dari luar. Harganya bisa lebih murah 20-30rb/kg dengan kualitas lebih konsisten. Kok bisa? Entahlah," tulis @kozirama dikutip Sabtu (30/3/2024).
Produsen kopi asal Kota Bandung, Ijal, buka suara terkait murahnya harga kopi impor dengan kualitas yang lebih konsisten dibandingkan dengan produk lokal.
Menurut dia, adanya ketimpangan harga antara kopi impor dan lokal dikarenakan medan dan akses untuk panen di luar negeri lebih mudah ketimbang di Indonesia.
“Kopi luar terutama Brazil, Columbia dan sebagian dari Afrika murah karena ditanam di medan yang lebih mudah diakses untuk di panennya, dengan bantuan alat berat untuk kualitas ada gradenya G1 lebih murah dari pada kopi di Jawa Barat," ucapnya saat dikonfirmasi, Sabtu (30/3/2024).
"Untuk karakter rasa Nusantara atau Jabar umumnya lebih varian dari pada kopi luar, dan kenapa kopi di kita khususnya Jabar lebih tinggi (harganya) karena medan untuk di panennya lebih susah dan hasil panennya untuk kebutuhan ekspor terbatas,” tambahnya.
Adapun Jawa Barat merupakan salah satu produsen kopi lokal terbaik. Bahkan, pada sejak 2021 lalu, Jabar menjadi wilayah dengan hasil produksi kopi terbanyak sebesar 7.772 ton, 4.639 ton, dan 3.654 ton.
Kendati demikain, saat ini harga kopi lokal khususnya Jabar terbilang mahal dengan kualitas yang menurun dari 5 tahun sebelumnya.
“Sangat disayangkan Jabar sekarang mahal enggak kaya dulu 5 tahun ke belakang secara kualitas bagus. Kalau sekarang kualitas menurun, ada efek pemain baru yang berani beli cery/buah kopi di petani langsung lebih tinggi dan tidak melihat kualitas,” bebernya.
Selain itu, Ijal juga menyayangkan karakter dari petani kopi di Jabar yang dinilainya kurang baik karena menyebabkan kerugian.
“Karakter petani Jabar secara attitude kurang baik, ngalaman rugi soalnya, yang terkenal di luar itu kopi Sumatera Gayo, itu sih yang saya tahu mah,” imbuhnya.
Meski begitu, sebagai penjual dan produsen kopi, Ijal mengaku jika maraknya kopi impor tidak terlalu mengganggu. Menurutnya, ia lebih terganggu dengan pemain baru yang menghancurkan harga.
“Sebagai penjual kopi/produsen saya pribadi tidak terganggu dan biasa aja, karena punya market pasarnya. Justru di tahun sekarang banyak fenomena pebisnis baru yang punya modal yang seenaknya ngancurin harga, tapi untuk pebisnis kopi yang sudah lama itu hal yang biasa saja. Biasanya kalau bahasa kami sih pemain baru jarang bertahan lama karena mereka kesulitan market," pungkasnya.
(FRI)