ECONOMICS

Harga Minyak Melonjak USD3 usai AS Perketat Sanksi Terhadap Rusia

Febrina Ratna 13/10/2023 19:20 WIB

Harga minyak melonjak USD3 pada Jumat (13/10/2023) setelah Amerika Serikat (AS) memperketat sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia.

Harga Minyak Melonjak USD3 usai AS Perketat Sanksi Terhadap Rusia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak melonjak USD3 pada Jumat (13/10/2023) setelah Amerika Serikat (AS) memperketat sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia. Hal itu menimbulkan kekhawatiran pasokan semakin ketat, dengan persediaan global diperkirakan menurun hingga kuartal keempat.

Minyak Brent berjangka naik USD2,88 menjadi USD88,88 per barel pada pukul 10.50 GMT atau 17.50 WIB. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD2,91 menjadi USD85,82 per barel. Kedua tolok ukur minyak dunia itu sebelumnya telah meningkat lebih dari USD3.

Meskipun terdapat fluktuasi sepanjang minggu pada kedua harga acuan minyak tersebut, Brent diperkirakan bakal memperoleh kenaikan mingguan sekitar 5%. Sementara WTI diperkirakan naik lebih dari 3,5% pada pekan ini, setelah menguat sejak Senin (9/10/2023).

Peningkatan ini didorong oleh potensi gangguan terhadap ekspor minyak dari Timur Tengah setelah serangan Hamas terhadap Israel pada akhir pekan lalu. Hal itu mengancam konflik yang lebih luas. “Risiko geopolitik masih ada dan kemungkinan akan mendukung harga minyak dalam jangka pendek,” kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA di Singapura, dikutip dari Reuters pada Jumat (13/10/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan pasar paling khawatir dengan kendala pasokan dari Timur Tengah dan Rusia. Konflik di Timur Tengah sejauh ini berdampak terbatas pada harga minyak mentah, kata analis Commerzbank Thu Lan Nguyen dan Carsten Fritsch dalam sebuah catatan penelitian.

“Sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa negara-negara penghasil minyak utama di kawasan ini akan terlibat langsung dalam konflik militer, yang akan mengancam pembatasan produksi minyak mentah negara-negara tersebut,” kata mereka.

Pada hari Kamis, AS memberlakukan sanksi pertama terhadap pemilik kapal tanker yang membawa minyak Rusia dengan harga di atas batas harga G7 sebesar USD60 per barel, untuk menutup celah dalam mekanisme yang dirancang untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Rusia merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia dan eksportir utama. Pengawasan ketat AS terhadap pengirimannya dapat membatasi pasokan.

Pada hari yang sama, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global, berdasarkan tanda-tanda ketahanan ekonomi dunia sepanjang tahun ini dan memperkirakan kenaikan permintaan lebih lanjut di Tiongkok, negara importir minyak terbesar di dunia.

“Masalah sisi pasokan tetap menjadi fokus di pasar minyak mentah,” Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ, mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Jumat. Dia menambahkan bahwa harga selama awal perdagangan pada hari Jumat naik karena penegakan sanksi AS yang lebih kuat.

“Sentimen juga terdongkrak setelah OPEC memperkirakan stok minyak mentah akan merosot 3 (juta barel per hari) pada kuartal ini. Hal ini mengasumsikan tidak ada gangguan pasokan lebih lanjut akibat perang Israel-Hamas,” kata Hynes.

Di sisi lain, laju harga minyak mengabaikan data yang dirilis pada hari ini yang menunjukkan penurunan impor minyak mentah Tiongkok dari bulan ke bulan.

(FRI)

SHARE