Harga Pembangkit Energi Bersih Diklaim Semakin Murah, Ini Kata Dirut PLN
PLN dorong program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 600 megawatt (MW).
IDXChannel – Beragam langkah dilakukan PLN untuk mendorong pengurangan emisi karbon, seperti menjalankan program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 600 megawatt (MW).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, upaya pengurangan emisi karbon masih dilematis karena berpengaruh terhadap harga listrik. Namun, seiring berjalannya waktu, harga pembangkit energi bersih semakin terjangkau.
"Kami sangat memahami kondisi dilematis, jika ingin harga listrik yang murah masih berbasis energi kotor. Tetapi seiring berjalannya waktu saat ini pembangkit berbasis energi bersih makin murah dan ini menjadi landasan kuat kami melakukan perubahan," ujar Darmawan dalam keterangannya, Selasa (26/4/2022).
Untuk itu, PLN membuka kesempatan yang luas bagi mitra yang memiliki teknologi yang telah terbukti (proven) dan murah untuk menggantikan PLTD tersebut.
"Kita unlock semua teknologi baterai sebagai cadangan daya. Kita undang semua potensial partner untuk partisipasi. Kompetisi ini untuk bisa mendrive harga yang lebih murah dari energi bersih," ujar Darmawan.
Nantinya, upaya ini dapat menurunkan ketergantungan dari bahan bakar fosil, mengurangi emisi, meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi, dan meningkatkan ketahanan energi sebab memakai energi domestik yang menjadi potensi negara Indonesia.
Menurut Darmawan, PLN menjadi BUMN tonggak utama dalam pengurangan emisi. Jika PLN tak melakukan upaya pengurangan emisi, maka pada 2060 mendatang sektor kelistrikan bisa menyumbang 920 juta emisi karbon.
"PLN tidak akan tinggal diam untuk hal tersebut. Kami sudah melakukan berbagai langkah pengurangan emisi dan akan terus dilakukan sampai mencapai carbon neutral di 2060," ujarnya.
Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak dan Gas Kementerian BUMN Abdi Mustakim juga mengamini peran penting PLN dalam pengurangan emisi. Dari seluruh BUMN yang ada, PLN menjadi ujung tombak dalam pengurangan emisi nasional.
"PLN memiliki peran penting dalam penurunan emisi, khususnya di lingkup BUMN," ujar Abdi.
Abdi menjelaskan PLN setidaknya memiliki dua misi khusus. Pertama, pertumbuhan industri ke depan membutuhkan listrik yang terjangkau dan berasal dari energi bersih. Ini menjadi salah satu dari lima inisiatif Kementerian BUMN dalam pengurangan emisi.
Direktur Jenderal Bidang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan dalam mendukung langkah PLN mengurangi emisi, pemerintah membuka ruang terbuka untuk mengajak semua pihak bekerja sama dengan PLN. Pemerintah juga berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang stabil dan menarik bagi investor untuk bisa bersama sama PLN mencapai tujuan pengurangan emisi karbon.
"Kami mendukung penuh langkah PLN dalam mengurangi emisi karbon," ujar Dadan.
Untuk mencapai target Carbon Neutral 2060, PLN telah merumuskan beberapa langkah strategis. Pertama, PLN akan mengembangkan pembangkit EBT sesuai RUPTL 2021-2030, dengan target penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW dan bauran EBT sebesar 24,8 persen pada 2030.
Pada saat bersamaan, PLN juga terus mengoptimalisasi penerapan cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga mencapai kapasitas 1,8 GW. Dari target 52 lokasi tahap implementasi pada 2025, saat ini cofiring biomassa telah diimplementasikan di 28 lokasi.
Terakhir, PLN akan mulai memensiunkan PLTU secara bertahap hingga 2056. Rencananya, 1 GW PLTU subcritical akan mulai dipensiunkan mulai 2030, kemudian 19 GW sub/supercritical pada 2040, dan 23 GW ultra super critical di 2056.
Hingga 2060 mendatang PLN diharapkan dapat mencapai carbon neutral sesuai arah kebijakan energi global. (FHM)