ECONOMICS

Harga Vaksinasi Gotong Royong Dinilai Mahal, KADIN Beri Penjelasan

Suparjo Ramalan 19/05/2021 16:46 WIB

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) membeberkan alasan penetapan harga vaksinasi gotong royong yang dipatok di kisaran Rp 1.000.000 per orang.

MNC Media

IDXChannel--Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) membeberkan alasan penetapan harga vaksinasi gotong royong yang dipatok di kisaran Rp 1.000.000 per orang. Tarif tersebut ditanggung perusahaan swasta dan dinilai mahal. 

Setiap karyawan akan mendapatkan dua kali suntikan dosis vaksin Covid-19. Setiap satu kali suntikan dibebankan sebesar Rp500.000. Jumlah itu terbagi atas Rp375.000 satu dosis vaksin dan satu kali penyuntikan senilai Rp125.000. 

Dengan begitu, total biaya vaksin gotong royong untuk satu orang sebesar Rp1 juta. Adapun jenis vaksin yang digunakan adalah Sinopharm dan CanSino.

Ketua Umum Kadin, Rosan P Roeslani menjelaskan, penetapan harga vaksin didasari pada hasil survei terlebih dahulu. Survei dilakukan kepada perusahaan yang masuk dalam anggota Kadin dan perusahaan non Kadin. Dari hasil survei ditemukan, 78 persen perusahaan bersedia harga vaksin di bawah Rp 500.000 per karyawan. Sementara sisanya menyanggupi di angka Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. 

"Pada waktu registrasi kita melakukan survei terlebih dahulu kepada anggota Kadin dan non anggota Kadin, justru yang lebih banyak non anggota. Dari survei itu untuk satu dosis di bawah Rp500.000, 78 persen ada di range itu, yang sanggup 1 juta sampai 1,5 juta," ujar Rosan, Rabu (19/5/2021). 

Kadin mencatat, harga vaksin yang ditetapkan juga merupakan hasil masukan dari manajemen sejumlah perusahaan swasta dan pihak pemerintah. Karena itu, patokan tarif vaksinasi mandiri dinilai sudah sesuai. 

"Untuk seluruh perusahaan memberikan masukan, berapa masukannya untuk supaya nanti ditetapkan atas masukan PT Bio Farma, juga kepada Kementerian Kesehatan agar jangan sampai ketika harga dimasukkan ternyata mundur. Dan harga ini memang sesuai survei kemampuan dunia usaha yang mendaftar kepada kami," tutur dia. 

Terkait hal itu, sejumlah pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) hingga industri hotel dan restoran menilai tarif vaksinasi mandiri terlalu mahal. Bahkan, tidak semua pengusaha bisa berpartisipasi dalam skema pembiayaan tersebut.

"Kemahalan, tidak mampu usaha UMKM. Mereka akhirnya lebih pada melaksanakan protokol kesehatan saja," kata Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingratubun seperti dilansir BBC News Indonesia. 

Keluhan senada juga dirasakan oleh industri hotel dan restoran yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada publik.

"Sebagian hotel dan restoran yang besar memang sudah divaksin, tapi bagaimana dengan hotel dan restoran yang kecil? Kasihan kalau dibebankan biaya segitu, tidak akan mampu," kata Ketua Badan Pimpinan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwanton. 

(IND) 

SHARE