Hilirisasi Diyakini Bikin Ekonomi RI Kuat Hadapi Perlambatan Global
Ekonom Binus University, Doddy Ariefianto, mendorong percepatan hilirisasi sebagai bagian untuk mengubah struktur atau tatanan ekonomi Indonesia.
IDXChannel - Ekonom Binus University, Doddy Ariefianto, mendorong percepatan hilirisasi sebagai bagian untuk mengubah struktur atau tatanan ekonomi Indonesia.
Hilirisasi bakal mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan ekonomi yang menurunkan permintaan.
Apalagi, struktur ekonomi Indonesia saat ini masih didominasi oleh industri ekstraktif, seperti pertambangan dan perkebunan. Pengembangan hilirisasi melalui industri pengolahan atau manufaktur dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan Indonesia.
"Bila struktur ekonomi tidak diubah, nantinya Indonesia akan terus terkena pengaruh bila terjadi perlambatan ekonomi di negara lain," ujar Ekonom Binus University, Doddy Ariefianto dalam program Market Review IDX Channel, Jumat (26/5/2023).
Menurutnya, pengembangan industri manufaktur perlu menjadi prioritas utama untuk mendapatkan nilai tambah. Selain itu, Indonesia juga bisa melakukan ekspansi untuk masuk ke dalam rantai pasokan dunia.
Kendati demikian, diakui membutuhkan waktu lama untuk mengubah struktur ekonomi Indonesia dan mengembangkan industri manufaktur. Paling tidak, antara 10 hingga 20 tahun agar Indonesia bisa sepenuhnya melakukan transformasi ekonomi.
"Maka dibutuhkan determinasi politik untuk membantu program hilirisasi berjalan di Indonesia. Ini bukan hanya berhubungan dengan ekonomi, harus didukung dari sisi politik,” pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan. Pada April 2023 mencapai USD19,29 miliar. Angka ini turun 17,62% dibanding Maret 2023.
Sementara, ekspor pada Maret 2023 tercatat USD23,50 miliar (mtm) atau naik 9,89%. Namun, secara tahunan ekspor turun 11,33% (yoy) dibandingkan Maret 2022.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi mengatakan, nilai ekspor secara tahunan di Maret 2023 mengalami kontraksi setelah mengalami perlambatan pada Februari 2023. (NIA)