Hindari Proses Hukum, Alasan Utama Elon Musk Lanjutkan Proses Akuisisi Twitter
Sebagian berspekulasi bahwa Musk sengaja menarik diri dari upaya pembangkangan lantaran sudah 'sadar diri' bakal kalah dalam prosesnya di meja hijau.
IDXChannel - Miliuner dunia, Elon Musk, untuk kesekian kalinya mengejutkan publik internasional dengan menyatakan bakal kembali melanjutkan rencananya untuk mengakuisisi perusahaan penyedia aplikasi sosial media, Twitter Inc.
Padahal, sekitar dua bulan lalu, Musk secara agresif mengumumkan pembatalan rencana akuisisi Twitter, lantaran merasa kecewa karena pihak Twitter dituding Musk telah salah dalam membuat perkiraan jumlah akun palsu dan akun tidak aktif di platform Twitter.
Dalam perhitungan yang dilakukan pihak Twitter, jumlah akun palsu dan akun tidak aktif yang ada di platform Twitter hanya kurang dari lima persen saja. Sedangkan Musk mengklaim telah membayar ilmuwan untuk melakukan perhitungan dan simulasi, di mana ditemukan angka mencapai 5,3 hingga 11 persen.
Kesalahan perkiraan jumlah tersebut, menurut Musk, sangat fatal dan merugikan karena berkaitan dengan kebijakan iklan dan keseluruhan layanan yang bisa dijanjikan Twitter pada rekanan, serta segala hal yang berkaitan dengan program pengembangan Twitter ke depan.
Namun tiba-tiba saja, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (5/10/2022), Musk menulis dalam akun Twitternya, dan menyatakan bahwa rencana akuisisi akan kembali dilanjutkan sesuai rencana awal, termasuk nilai tawaran awal yang telah disepakati sebesar USD144 miliar.
Sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (5/10/2022), Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission/SEC) menilai bahwa jalur hukum yang ditempuh pihak Twitter terkait langkah pembatalan akuisisi yang dilakukan Musk memang berpotensi memaksa Sang Miliarder berubah pikiran.
Terbukti, Selasa (4/10/2022) Musk sudah kembali mengumbar pernyataan di akun Twitter miliknya, tentang ambisi membuat aplikasi 'serba bisa' yang dia sebut dengan istilah 'X'. Ambisi tersebut bakal mulai diwujudkan Musk dengan langkah awal membeli Twitter.
Dalam pertemuannya dengan Twitter, yang dijadwalkan Senin (17/10/2022) mendatang, di Delaware's Court of Chancery, Musk rencananya bakal kembali menyodorkan penawaran kontrak baru untuk bisa disepakati kedua pihak. Pertemuan sengaja digelar, diantaranya, untuk memaksa Musk kembali pada perjanjian awal terkait kesepakatan senilai USD144 miliar.
Langkah Musk yang tiba-tiba kembali bersepakat untuk mengakuisisi Twitter membuat sejumlah pihak merasa aneh. Sebagian diantaranya, berspekulasi bahwa Musk sengaja menarik diri dari upaya pembangkangan lantaran sudah 'sadar diri' bakal kalah dalam prosesnya di meja hijau, andai aksi mundurnya dari kesepakatan terus dipertahankan.
"Perjanjian (akuisisi Twitter oleh Musk merupakan) yang sangat ramah penjual, dakan akan sangat sulit (bagi kedua pihak) untuk keluar darinya," ujar Profesor Hukum dari UC Berkeley, Adam Badawi.
Menurut Badawi, Musk sadar betul bahwa posisinya cukup lemah di mata pengadilan, sehingga proses selanjutnya akan tetap dapat memaksa CEO Tesla itu untuk menutup kesepakatan di level USD54,2 per saham.
Sementara, Musk sendiri sama sekali tidak menyinggung segala macam urusan hukum dalam pernyataannya dalam beberapa waktu terakhir. Justru, Musk secara implisit menunjukkan obsesinya kembali dalam upaya mengubah Twitter menjadi aplikasi 'X', pasca akuisisi dirampungkan nanti.
"Twitter mungkin akan mempercepat (pembuatan) X selama tiga hingga lima tahun (ke depan)," tegas Musk. (TSA)
Penulis: Ahmad Fajar Rizki