Ibarat Dapat Durian Runtuh, Kenaikan Harga Komoditas Redam Kontraksi Ekonomi RI
Direktur Utama CORE Indonesia Muhammad Faisal menyebutkan bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini, harga komoditas tambang memang meningkat signifikan.
IDXChannel - Direktur Utama CORE Indonesia Muhammad Faisal menyebutkan bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini, harga komoditas tambang memang meningkat panjang. Hal ini ibarat 'durian runtuh', dan tahun ini surplus perdagangan juga lumayan besar, memecahkan rekor yang belum pernah tercapai di tahun-tahun sebelumnya.
"Ini menjadi faktor yang meredam kontraksi ekonomi yang disebabkan oldh adanya pandemi. Peningkatannya ini merata, hampir di berbagai macam komoditas terutama tambang," ujar Faisal dalam webinar di Jakarta, Selasa(12/10/2021).
Dia mengatakan bahwa harga komoditas batu bara, di tahun 2021 khususnya, mengalami kenaikan yang sangat tajam. Ditambah dengan kenaikan harga komoditas di pasar global, sektor pertambangan pun akhirnya mengalami rebound.
"Pertumbuhan yang paling besar terjadi pada subsektor bijih logam, sharenya dari tahun ke tahun sejak 2014 hingga 2020, makin lama sharenya makin besar. Batu bara dan migas sementara itu, sharenya makin lama makin sedikit," ungkap Faisal.
Dari sisi penerimaan negara, dari sektor pertambangan dalam hal pajak, lebih kecil daripada sektor-sektor lain. Ada kecenderungan penerimaan non-pajak, ini juga mengalami penurunan. Tetapi, strukturnya lebih banyak dipengaruhi volatilitas PNBP minyak.Untuk gas alam dan minerba masih cenderung stabil di 6-8% sharenya terhadap PNBP.
"Masih banyak daerah di luar Jawa yang juga masih bergantung pada sektor pertambangan, sehingga butuh adanya diversifikasi seperti pengolahan hasil tambang, sehingga ekonominya bisa lebih diverse dan besar nilai tambahnya. Faktanya sekarang masih banyak daerah-daerah yang kaya SDA seperti Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara yang masih sangat bergantung (pada sektor tambang)," jelas Faisal.
Bahkan, banyak penerimaan daerahnya bergantung pada dana bagi hasil dari hasil tambang tersebut.
"Terlebih, saat ini, ada kebijakan hilirisasi tambang yang kemudian menarik investasi asing dalam industri pengolahan hasil tambang," pungkasnya. (TIA)