ECONOMICS

Ikut The Fed-ECB, BoE Juga Hawkish, Mau sampai Kapan?

Maulina Ulfa - Riset 04/11/2022 12:51 WIB

Ekonomi Inggris diperkirakan akan semakin menderita akibat kebijakan ini.

Ikut The Fed-ECB, BoE Juga Hawkish, Mau sampai Kapan? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (Bps)  menjadi 3% pada hari Kamis (3/11). Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam 33 tahun terakhir.

Upaya tersebut diambil bank sentral Inggris itu yang mencoba menahan inflasi yang melonjak.

Banyak analis juga memprediksi ekonomi Inggris meluncur menuju resesi yang bisa berlangsung hingga dua tahun.

Bank sentral menerapkan kebijakan kenaikan suku bunga ini sudah delapan kali dalam waktu kurang dari setahun. Suku bunga acuan di Inggris kini menjadi 3%, tertinggi sejak November 2008.

Kenaikan ini ditetapkan setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kenaikan bunga acuan sebesar 75 bps pada hari Rabu (2/11) dan Bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 75 bps pada pekan lalu.

"Inflasi terlalu tinggi mendorong bank sentral untuk menjalankan tugasnya untuk menurunkannya. Jika kita tidak bertindak tegas sekarang, ini akan menjadi lebih buruk di kemudian hari," kata Gubernur BoE, Andrew Bailey pada konferensi pers setelah pengumuman tersebut.

Nasib Ekonomi Inggris

Meskipun menaikkan suku bunga, bank sentral Inggris tidak berpikir inflasi akan turun hingga tahun depan. Mengendalikan inflasi berarti membutuhkan lebih banyak kebijakan kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Meskipun demikian, Bailey juga mengatakan ekspektasi pasar tampaknya terlalu agresif terkait kenaikan suku bunga. Pernyataan itu kontras dengan pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell pada Rabu lalu, yang mengatakan suku bunga mungkin perlu naik lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Bank sentral saat ini tengah menunggu pengumuman anggaran pemerintah baru Inggris di bawah Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak pada 17 November mendatang. Hal ini terkait rincian lebih lanjut tentang rencana pengeluaran anggaran dan kebijakan pajak yang dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada inflasi tahun depan.

Sebelumnya, Christine Lagarde selaku Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) telah memperingatkan bahwa meskipun resesi ringan mungkin terjadi, kenaikan suku bunga tidak akan cukup untuk mengatasi kenaikan harga.

"Kami tidak percaya bahwa resesi akan cukup untuk benar-benar menjinakkan inflasi," katanya mengutip Bloomberg (4/11).

Ekonomi Inggris juga diperkirakan akan semakin menderita akibat kebijakan ini.

Resesi dua tahun ke depan juga disebut akan lebih lama daripada krisis keuangan global 2008. Bank of England mengatakan bahwa kemungkinan kenaikan produk domestik bruto (PDB) akan relatif kecil hingga 2024.

Menurut Bailey, dibandingkan dengan resesi Inggris masa lalu, PDB Inggris diperkirakan akan tetap lemah dibandingkan dengan tingkat pra-resesi untuk periode yang panjang.

Bank sentral percaya output ekonomi sudah berkontraksi, dan proyeksi terbarunya adalah resesi berlanjut hingga paruh pertama 2024

“Harga energi yang tinggi dan kondisi keuangan yang lebih ketat akan membebani pengeluaran,” imbuh Bailey.

Hal ini dapat dilihat dari kenaikan biaya makanan dan energi yang tetap tinggi. Dengan tingkat inflasi tahunan naik menjadi 10,1% pada bulan September lalu. Angka ini menjadi level tertinggi dalam 40 tahun.

Pound Inggris juga kembali ‘nyungsep’ sesaat setelah pengumuman bank sentral ini. Mata uang GBP turun 2% terhadap dolar AS menjadi USD1,117 dan juga turun 1,2% terhadap mata uang euro.

Kebijakan Mini Budget yang digagas mantan PM Liz Truss pada akhir September lalu dirasa masih memiliki efek hingga saat ini.

Dengan usulan pemotongan pajak sebesar £45miliar (setara USD51,6 miliar), akhirnya berdampak pada anjloknya pound, menjatuhkan harga obligasi pemerintah (gilt), memicu kekacauan di pasar hipotek atau kredit perumahan rakyat (KPR) dan mendorong intervensi darurat oleh Bank of England dengan membeli obligasi.

Meskipun kebijakan ini telah dibatalkan, tetapi memulihkan ketenangan pasar dan mengurangi ekspektasi inflasi dalam jangka menengah menjadi kian sulit.

Selain itu, meskipun terjadi gejolak di pasar obligasi, Bank of England merencanakan menjual sebesar £750 juta (setara USD859 juta) dari utang pemerintah jangka pendek (short-term government debt) pada Selasa (1/11).

Menurut laporan Reuters, sebagai tanda sedikit kembalinya kepercayaan pasar di Inggris, investor mengajukan penawaran senilai sekitar £2,45 miliar (setara USD2,8 miliar).

Sejak pertemuan terakhir Bank of England, pasar keuangan dan ekonomi Inggris telah melalui periode turbulensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan prospek yang kian memburuk. (ADF)

SHARE