ECONOMICS

IMA Sebut Pasokan Katoda Tembaga Melimpah, Harus Ada Strategi di Industri Hilir

Yanto Kusdiantono 11/10/2024 19:45 WIB

Komoditas tembaga dan batu bara bisa menjadi tumpuan bagi ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global di masa mendatang.

IMA Sebut Pasokan Katoda Tembaga Melimpah, Harus Ada Strategi di Industri Hilir. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Komoditas tembaga dan batu bara bisa menjadi tumpuan bagi ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global di masa mendatang. Saat ini terdapat smelter tembaga yang sudah mulai beroperasi dan diperkirakan mampu memproduksi 1,3 juta ton katoda tembaga.

Namun di sisi lain, serapan lokal katoda tembaga dinilai masih minim karena kebutuhan domestik hanya mencapai 250 ribu ton per tahun.

Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengungkapkan, Indonesia harus memanfaatkan adanya defisit komoditas tembaga global yang terjadi pada dalam beberapa tahun mendatang. Ini sejalan dengan kebutuhan akan adanya green technology yang bahan bakunya berasal dari tembaga.

Sehingga, perlu strategi dan dorongan dari pemerintah terhadap industri hilir (downstream industry).

“Maka dari itu, Indonesia harus memiliki strategi untuk mendapatkan keuntungan dari defisit komoditas tembaga itu dengan melakukan ekspor yang bisa mendatangkan pendapatan untuk negara dan terutama lagi mendatangkan investasi yang dapat menyerap produksi katoda tembaga Indonesia yang berlebih,” ujar Rachmat di Jakarta, belum lama ini.

Dia menambahkan, dengan tumbuhnya downstream industry maka katoda tembaga yang merupakan hasil olahan smelter bisa terserap maksimal. Menurut Rachmat, hilirisasi perusahaan tambang sudah dilakukan dan telah mendukung program pemerintah akan sangat disayangkan jika tidak di manfaatkan di dalam negeri.

"Kami mendukung kebijakan pemerintah terkait hilirisasi. Indonesia harus mengambil peluang dari defisit komoditas tembaga di dunia," kata Rachmat.

Rachmat mengatakan, Indonesia akan disegani dunia karena memiliki tiga atau empat cadangan tembaga besar yang akan berproduksi di masa mendatang, dengan produksi Indonesia yang besar di kala global sedang defisit maka nantinya kita memiliki laverage terhadap komuditas ini.

"Dengan potensi tambahan tambang tembaga baru yang berproduksi maka Indonesia punya peran besar di dunia. Saat ini Indonesia memproduksi sekitar 3-5 persen tembaga dunia dan diyakini dapat mencapai 7-10 persen dalam beberapa tahun mendatang dan itu pun defisit tembaga global diperkirakan masih terjadi," ujar Rachmat.

China Masih Pakai Batu Bara

Sementara itu, Rachmat juga menyoroti soal masih melimpahnya komoditas batu bara yang masih bisa dimanfaatkan sampai 500 tahun ke depan. Adapun khusus tahun ini, Rachmat menyebut produksi batu bara ditargetkan mencapai 922 juta ton. 

"Dengan penerapan teknologi yang baik maka batu bara akan menopang ketahanan energi jangka panjang, sambal terus mendorong pertumbuhan energi terbarukan," ujar dia.

Rachmat mengungkapkan, saat ini China masih membangun pembangkit batu bara dan memiliki kebijakan penggunaan batu bara untuk mendoorng perekonomiannya.

"China punya perencanaan jangka panjang untuk batu bara, kebijakan bertahap untuk mewajibkan penangkapan sulfur, carbon dan sisa pembakaran di PLTU mereka, kenapa kita tidak?" ujar dia.

Data IMA menyebutkan, cadangan batu bara nasional mencapai 35 miliar ton dan sumber daya sebesar 99 miliar ton atau total sekitar 135 miliar ton yang diperkirakan bisa digunakan sebagai sumber energi dalam negeri antara 200-500 tahun lagi dengan syarat menggunakan cara yang baik.

"Batu bara kita masih 200-500 tahun lagi kalau dipakai sendiri. Indonesia dianugerahi sumber daya dan cadangan batu bara yang kalau kita pakai sendiri 134 miliar ton itu bisa sekitar 500 tahun, untuk kepentingan jangka panjang semestinya strategi kita adalah memaksimalkan pemakaian batu bara dengan menghilangkan dan menangkap polusi yang di timbulkan, seperti yang di targetkan oleh China demi menjaga pertumbuhan ekonomi,” ujar dia.

(Dhera Arizona)

SHARE