ECONOMICS

IMF Pede AS Tidak akan Gagal Bayar Utang

Dovana Hasiana/MPI 25/05/2023 04:00 WIB

International Monetary Fund (IMF) yakin Amerika Serikat tidak akan menghadapi gagal bayar utang. 

IMF Pede AS Tidak akan Gagal Bayar Utang. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - International Monetary Fund (IMF) yakin Amerika Serikat tidak akan menghadapi gagal bayar utang

"Sejarah memberitahu kita bahwa AS pernah bergulat dengan gagasan gagal bayar ini, tetapi berhasil diselesaikan di menit terakhir. Saya yakin kita akan melihat ‘permainan’ itu lagi," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dilansir Reuters, Rabu (24/5/2023).

Meski IMF yakin AS tidak akan mengalami default dalam putaran terakhir pembicaraan plafon utang antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy berakhir tanpa keputusan apapun.

Seperti diketahui, Amerika Serikat berpotensi gagal bayar utang sebesar USD 31,4 triliun atau setara Rp. 461 triliun. Bahkan, Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah memperingatkan, AS mungkin akan kehabisan uang tunai pada 1 Juni 2023 jika kongres gagal menaikkan atau menangguhkan plafon utang.

Berbagai pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy telah dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan dalam meningkatkan plafon utang. Namun, kedua belah pihak masih tersendat dalam membahas persyaratan untuk menaikan plafon utang. 

Dari sisi Partai Demokrat, Biden kecewa karena Partai Republik tidak akan mempertimbangkan cara untuk meningkatkan pendapatan melalui peningkatan pajak orang kaya dan perusahan. 

Sementara, dari sisi Partai Republik McCarthy menolak untuk meningkatkan plafon utang melewati batas USD 31.4 triliun kecuali Biden dan Demokrat setuju untuk memotong pengeluaran dalam anggaran federal.

Pada kesempatan yang sama, Georgieva mengatakan bahwa dolar AS kemungkinan akan tetap menjadi mata uang global meskipun terdapat peningkatan diskusi tentang dedolarisasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. 

Adapun fenomena itu muncul dari blok BRICS yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China dan Afrika Selatan. Selain itu, Indonesia dengan berbagai pihak bahkan sudah menerapkan dedolarisasi melalui skema local currency transaction (LCT).

"Kami tidak mengharapkan pergeseran cepat dalam dolar karena kekuatan ekonomi AS dan kedalaman pasar modalnya," pungkas Georgieva.

(SLF)

SHARE