Inalum Ekspor 7.000 Metric Ton Aluminium ke China
INALUM melakukan ekspor Aluminium Ingot Seri G-1 sebanyak 7.000 Metric Ton (MT) ke China. Ini merupakan ekspor perdana perusahaan itu pada 2024.
IDXChannel - PT Indonesia Asahan Aluminium atau INALUM melakukan ekspor Aluminium Ingot Seri G-1 sebanyak 7.000 Metric Ton (MT) ke China. Ini merupakan ekspor perdana perusahaan itu pada 2024.
”Momen ekspor ini merupakan langkah perusahaan dalam hal ekspansi pasar aluminium khususnya pasar global. Hal tersebut sejalan salah satu dari tiga mandat yang diberikan pemerintah kepada keluarga besar BUMN Holding MIND ID yaitu terkait memiliki kepemimpinan pasar yang terwujud melalui optimalisasi komoditas mineral dan ekspansi bisnis, sekaligus pembuktian korporasi atas kemampuan yang mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik dan juga pasar internasional,” ujar Corporate Secretary INALUM Mahyaruddin Ende, dalam keterangannya pada Sabtu (30/3/2024).
Menurutnya, momen ekspor 7000MT ini merupakan hasil dari usaha perusahaan dalam menciptakan produk aluminium berkualitas berstandar global. Sekaligus sebagai langkah perusahaan dalam melakukan ekspansi pasar tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di pasar global.
Proses pemuatan produk dan pengiriman dilakukan di Pelabuhan INALUM di Kuala Tanjung pada 28 dan 29 Maret 2024.
Aluminium Ingot merupakan produk INALUM dengan kualitas premium. Ada beberapa kualitas yang diproduksi oleh Inalum, namun yang paling banyak diminati adalah 99,90%.
Aluminium Ingot yang diproduksi INALUM, memiliki berat 22,7 kg per batang dengan dua tingkat kemurnian aluminium; 99,90% dan 99,70%. Kualitas Aluminium Ingot Inalum mengacu pada JIS h2102 (Virgin Aluminium Ingot) dan JIS H1305 (Metode Analisis Spektrokimia Emisi Optik untuk Aluminium dan Paduan Aluminium).
INALUM memproduksi 4 jenis aluminium Ingot berdasarkan level kemurnian, yaitu: S1-A (99,92%), S1-B (99,90%), S2 (99,85%), dan G1 (99,70%). Aluminium Ingot pada umumnya memerlukan proses remelting agar dapat dibentuk menjadi berbagai produk akhir, seperti komponen otomotif, konstruksi bangunan, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil riset Wood Mackenzie pada September 2023 lalu menyebutkan bahwa dalam jangka menengah, diproyeksikan market balance aluminium di Indonesia akan mengalami surplus. Namun, untuk pasar aluminium di Asia masih mengalami defisit.
Hal ini menjadi peluang bagi Industri aluminium dalam negeri untuk dapat memperluas pangsa pasar di Kawasan Asia sekaligus menjadi potensi korporasi dalam melakukan ekspansi bisnis yang lebih besar.
”INALUM saat ini juga tengah fokus pada penyelesaian beberapa proyek-proyek strategis khususnya untuk meningkatkan kapasitas produksinya secara bertahap dan diharapkan bisa mencapai angka produksi hingga 500 ribu ton dalam 5 tahun ke depan,” tambah Mahyaruddin.
Beberapa aksi korporasi dilakukan oleh INALUM dalam rangka peningkatan kapasitas produksi sebagai respon atas tingginya potensi pasar aluminium nasional yang saat ini memiliki permintaan hingga 1 juta ton. Proyek-proyek tersebut antara lain: Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi pada tahun 2023, Optimalisasi Smelter Kuala Tanjung yang ditargetkan akan meningkatkan kapasitas produksi di tahun 2024-2025 dan Proyek Diversifikasi Aluminium Remelt IAA.
(FRI)