ECONOMICS

Indeks Kepercayaan Industri Turun Tipis di September 2025, tapi Masih di Zona Ekspansi

Nia Deviyana 01/10/2025 15:26 WIB

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2025 berada pada level 53,02 atau masih berada dalam zona ekspansi.

Indeks Kepercayaan Industri Turun Tipis di September 2025, tapi Masih di Zona Ekspansi. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2025 berada pada level 53,02 atau masih berada dalam zona ekspansi. Namun, IKI September 2025 mengalami perlambatan tipis sebesar 0,53 poin dibandingkan Agustus 2025 yang berada di angka 53,55.

Secara tahunan, capaian IKI September 2025 lebih tinggi 0,54 poin dibandingkan IKI September 2024 sebesar 52,48.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief merinci, pada September 2025, untuk variabel produksi mengalami kenaikan signfikan. 

Terdapat 12 subsektor industri yang mengalami ekspansi, sedangkan yang kontraksi hanya 11 subsektor yang berada di posisi kontraksi. 

"Ini artinya, aktivitas produksi meningkat, karena juga adanya demand yang tinggi. Produksi yang membaik ini juga didukung karena faktor ketersediaan bahan baku dan teknologi," ujarnya melalui keterangan tertulis, Rabu (1/10/2025).

Ada delapan subsektor industri yang mengalami kenaikan status produksi dari kontraksi Agustus 2025 menjadi ekspansif pada September 2025. 

Kedelapan subsektor tersebut, yaitu industri pengolahan tembakau, industri, kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia.

Selanjutnya, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional, industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer, industri alat angkutan lainnya, serta industri furnitur. 

Kenaikan status produksi pada delapan subsektor tersebut disebabkan faktor seasonal industrinya, meningkatnya permintaan dan berkurangnya persediaan sehingga delapan subsektor itu mengalami kenaikan level produksi dari kontraksi ke ekspansif.

Febri pun menjelaskan, perlambatan IKI ikut dipengaruhi oleh turunnya indeks variabel pesanan dan persediaan produk, meskipun masih dalam zona ekspansi. 

Variabel pesanan berada di level 53,79, didorong oleh permintaan domestik yang relatif stabil, meskipun turun 3,59 poin dibanding Agustus 2025 sebesar 57,38.

Sedangkan variabel persediaan produk turun 1,18 poin menjadi 55,86 pada bulan September 2025, masih berada pada zona ekspansi mencerminkan terserapnya stok dengan meningkatnya pesanan.

Sementara itu, meskipun mengalami peningkatan sebesar 5,01 poin, namun produksi masih dalam zona kontraksi yaitu 49,85.

"Kontraksi pada variabel produksi sudah berlangsung selama empat bulan terakhir. Namun perbaikan signifikan pada September memberi sinyal awal pemulihan. Hal ini menunjukkan pelaku usaha mulai meningkatkan aktivitas, meski dengan langkah hati-hati karena ketidakpastian permintaan," jelas
Febri.

Pada IKI September 2025, sebanyak 21 subsektor industri yang mengalami ekspansi memiliki kontribusi
sebesar 97,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Pengolahan Nonmigas triwulan II-2025. 

Terdapat dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi yaitu industri pencetakan dan reproduksi media rekaman (KBLI 18) serta industri minuman (KBLI 11), didorong oleh kebijakan pemerintah yang menambah optimisme para pelaku usaha.

Sementara itu, dua subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri komputer, barang elektronik dan optik (KBLI 26) serta jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (KBLI 33). 

Kontraksi pada industri komputer, barang elektronik dan optik disebabkan oleh lemahnya pasar domestik maupun
ekspor akibat ketergantungan terhadap barang impor, permintaan yang turun diperburuk dengan banjir produk impor murah terutama dari China.

Sementara untuk subsektor jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan dipengaruhi oleh penurunan pesanan domestik dari sektor otomotif dan manufaktur umum. 

Subsektor ini sangat bergantung pada industri utamanya. Jika industri utamanya ekspansi, maka sektor pemasangan akan meningkat dan pemesanan terkait jasa reparasi lebih mengikuti periode pemeliharaan, periodic maintenance atau overhaul dilakukan saat posisi mesin dan peralatan idle. 

Sifat job order yang musiman membuat volatilitas pesanan di industri jasa reparasi sangat tinggi.

"Beberapa perusahaan sedang mengerjakan kontrak existing karena proyek jasa reparasi membutuhkan durasi pengerjaan yang relatif panjang yang menyebabkan penyerapan jasa reparasi tidak langsung terlihat dalam satu periode, sehingga pada bulan berjalan terlihat stagnan atau menurun," kata dia.

(NIA DEVIYANA)

SHARE