ECONOMICS

Indikasi Dovish The Fed Kuat, Salah ‘Obat’ Urus Inflasi?

Maulina Ulfa - Riset 24/11/2022 14:09 WIB

Langkah The Fed ini karena pengetatan kebijakan moneter selama ini tidak berdampak signifikan terhadap ekonomi dan inflasi.

Indikasi Dovish The Fed Kuat, Salah ‘Obat’ Urus Inflasi? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - The Federal Reserve (The Fed)  telah mengisyaratkan akan segera memperlambat laju kenaikan suku bunga hingga akhir tahun ini.

Kenaikan diperkirakan hanya 50 basis poin pada bulan Desember, turun dari kenaikan baru-baru ini sebesar 75 basis poin.

Mayoritas pembuat kebijakan The Fed mendukung bank sentral Amerika Serikat (AS) itu menahan laju kenaikan suku bunga, mengutip Investing.com, Kamis (24/11).

Pada akhir pertemuan sebelumnya pada 2 November, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75 basis poin (Bps) ke kisaran 3,75% hingga 4%.

Itu menjadi kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase keempat berturut-turut dalam setahun ini.

The Fed juga bersiap untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan mendatang.

Mengingat pengetatan kumulatif kebijakan moneter yang berdampak lambat terhadap ekonomi dan inflasi. Berbagai indikasi ini akan menentukan ukuran kenaikan di masa depan.

Data baru-baru ini menunjukkan inflasi AS terpantau melambat tetapi masih di atas tren yang cukup tinggi.

Salah Obat Inflasi?

Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak ke banyak aspek ekonomi, termasuk tingkat bunga hipotek atau KPR dan penjualan rumah, kredit konsumsi, dan pergerakan pasar saham.

Suku bunga dan inflasi memiliki hubungan langsung, yang berarti bahwa suku bunga naik untuk menjaga inflasi tetap terkendali.

Lalu mengapa The Fed memangkas suku bunga?

Secara teoritis, dengan memotong suku bunga akan berdampak pada menurunnya biaya pinjaman. Kondisi ini akan mendorong bisnis mengambil pinjaman untuk mempekerjakan lebih banyak orang dan memperluas produksi.

Secara sederhana, bank sentral memangkas suku bunga ketika ekonomi melambat untuk menghidupkan kembali aktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Tujuan pemotongan suku bunga adalah untuk mengurangi biaya pinjaman sehingga orang dan perusahaan lebih bersedia untuk berinvestasi dan membelanjakan uang mereka. 

Langkah The Fed ini disebut perlu diambil karena pengetatan kebijakan moneter selama ini tidak berdampak signifikan terhadap ekonomi dan inflasi.

Perubahan ‘mood The Fed ini juga diikuti berkurangnya tekanan inflasi, tetapi masih belum sesuai target dalam beberapa bulan terakhir disinyalir menjadi penyebab kebijakan ini.

Tingkat inflasi tahunan di AS melambat menjadi 7,7% di bulan Oktober. Angka ini menjadi yang terendah sejak Januari tahun ini dan di bawah perkiraan sebesar 8%. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan September 8,2%.

Inflasi masih terjadi di sektor energi sebesar 17,6%, lebih rendah dibanding bulan September sebesar 19,8%.  Adapun inflasi listrik juga menurun menjadi 14,1% dibanding 15,5% pada bulan sebelumnya. Perlambatan inflasi juga terlihat pada makanan sebesar 10,9% dibanding 11,2% pada September.

"Sebagian besar peserta [rapat] menilai bahwa perlambatan kenaikan suku bunga kemungkinan akan segera terjadi. Ketidakpastian ekonomi dan inflasi dampak dari kebijakan moneter ini adalah salah satu alasan kenapa kebijakan ini penting,” ungkap The Fed mengutip Investing, Kamis (24/11).

Beberapa anggota The Fed juga terpantau terus menggemakan ekspektasi pasar yang mengharapkan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu hawkish.

Namun, ada beberapa anggota The Fed yang lebih suka menahan kenaikan yang melambat hingga adanya tanda-tanda yang lebih nyata bahwa tekanan inflasi surut secara signifikan.

Sekitar 80% pelaku pasar mengharapkan The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 0,5% pada bulan Desember ini, berdasarkan Fed Rate Monitor Tool.

Dengan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat, perhatian investor telah beralih ke kemungkinan tingkat suku bunga Fed Funds Rate (FFR) akan mencapai puncaknya.

Terminal rate atau tingkat akhir suku bunga juga menjadi faktor yang penting bagi The Fed.

Para anggota bank sentral mengakui bahwa meskipun suku bunga perlu bergerak lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, masih ada ketidakpastian seputar terminal rate yang diperlukan untuk mencapai tujuan bank sentral.

"Terdapat ketidakpastian signidikan berapa kenaikan federal funds rate yang dibutuhkan sejalan dengan tujuan komite bank sentral dan penilaian kenaikan ini akan sangat tergantung situasi kondisi,”mengutip risalah yang diirilis The Fed (23/11).

Pelaku pasar saat ini mengharapkan suku bunga mencapai puncaknya pada 5,00% hingga 5,25%.

Meskipun presiden The Fed St. Louis, James Bullard baru-baru ini menyarankan bahwa suku bunga mungkin perlu naik setinggi 7% untuk menurunkan inflasi.

Namun, meskipun suku bunga mencapai puncaknya sekitar 5%, itu masih akan menjadi suku bunga tertinggi sejak Juni 2006. Kondisi ini juga berpotensi menyakitkan bagi aset berisiko, dengan sektor pertumbuhan pasar termasuk teknologi yang sangat rentan.

"Jika mereka (The Fed) berhenti pada suku bunga 5% atau 6%, itu cukup tinggi, tentu saja dibandingkan dengan apa yang telah kita lihat selama 10 hingga 20 tahun," ujar Melissa Brown, Managing Director of applied research di Qontigo mengutip Investing, Selasa (22/11). (ADF)

SHARE