ECONOMICS

Indonesia Butuh Investasi USD187 Miliar untuk Capai Target Produksi Migas

Oktiani Endarwati 28/04/2021 13:51 WIB

SKK Migas menargetkan produk minyak mencapai 1 juta barel per hari bph dan produksi gas bumi mencapai 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.

Indonesia butuh investasi USD187 miliar untuk capai target produksi migas. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produk minyak mencapai 1 juta barel per hari (bph) dan produksi gas bumi mencapai 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD187 miliar.

"Kami perkirakan kebutuhan investasi sebesar USD187 miliar, dengan total gross revenue mencapai USD371 miliar dengan proyeksi pendapatan negara mencapai USD131 miliar," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam webinar SKK Migas, Rabu (28/4/2021).

Dia melanjutkan, besarnya investasi tersebut tidak hanya memberi dampak dari sisi pendapatan negara, melainkan juga multiplier effect dari uang yang beredar sehingga berdampak pada ekonomi baik secara nasional maupun regional.

Meski begitu, dia mengakui masih ada tantangan yang harus diatasi untuk menarik investasi di sektor hulu migas. Diantaranya rumitnya perizinan, tumpang tindih peraturan pusat dan daerah, sistem fiskal yang dianggap terlalu rumit, hingga hambatan di daerah operasional yang jauh dari jangkauan infrastruktur.

"Upaya mencapai 1 juta BPOD dan 12 BSCFD memerlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat agar kegiatan di lapangan bisa berjalan lancar dan efektif," jelasnya.

Menurut dia, Indonesia masih memiliki potensi yang besar di sektor hulu migas. Dari 128 cekungan hidrokarbon yang dimiliki, baru 20 cekungan yang diproduksi, dan 27 cekungan lainnya sudah ditemukan namun belum diproduksi. Selain itu, ada 13 cekungan belum ada temuan dan 68 cekungan yang belum dibuktikan keberadaannya.

"Hal ini menunjukkan potensi masih sangat besar namun kita sadari bahwa industri migas membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tinggi, risiko yang tinggi, dan persaingan antar negara yang makin meningkat," tandasnya. (TIA)

SHARE