ECONOMICS

Indonesia Dorong Australia Investasi Peternakan hingga EV di Tengah Perang Dagang AS

Suparjo Ramalan 16/03/2025 10:20 WIB

Pemerintah Indonesia-Australia bakal mempererat kerja sama di tengah memanasnya perang dagang yang dilancarkan Amerika Serikat (AS).

Pemerintah Indonesia-Australia bakal mempererat kerja sama di tengah memanasnya perang dagang yang dilancarkan Amerika Serikat (AS).

IDXChannel - Pemerintah Indonesia-Australia bakal mempererat kerja sama di tengah memanasnya perang dagang yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) ke sejumlah negara. Australia diprediksi menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran Negeri Paman Sam.

Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, Indonesia mendorong investor Australia untuk menanamkan modalnya di Tanah Air. Salah satunya bisnis peternakan sapi yang potensial mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebelumnya, perusahaan asal Vietnam, TH Group juga akan berinvestasi di sektor yang sama.

“Saya juga tawarkan bisa juga Australia melihat opportunity (kesempatan) ini untuk berinvestasi bersama,” ujar Erick di Jakarta, dikutip Minggu (16/3/2025).

Di samping sektor pangan, kata Erick, potensi kerja sama juga ditawarkan pemerintah kepada investor asal negeri Kanguru untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik alias electric vehicle (EV). Sektor ini menjadi salah satu program prioritas pemerintah.

“Lalu juga dengan pembangunan ekosistem EV, karena kita tahu baterai daripada mobil itu kan ada yang nikel, ada juga yang LVP dengan lithium segala, nah bisa aja ini kita bisa kerja samakan untuk menjadi supply chain daripada EV ke depan,” ujarnya.´

Menurut Erick, Australia merupakan mitra strategis Indonesia dan ASEAN di kawasan Indo-Pasifik. Karena itu peningkatan kerja sama di sejumlah bidang penting dilakukan. Apalagi, situasi geopolitik kian memanas yang mengharuskan Indonesia memperkuat perdagangan dengan Australia. 

“Karena kita lihat tentu situasi di dunia sekarang kan cukup menarik ya, di mana Australia juga mendapatkan tarif dari Amerika untuk bea, terus Kanada, Meksiko juga mendapatkan tarif hampir 25 persen, China 10 persen," ujarnya.

“Nah hal-hal ini kita coba dorong, karena memang kita tetangga yang bisa meningkatkan sejumlah perdagangan,” kata Erick.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE