Industri Pelayaran Optimistis Hadapi Tahun Resesi
Di tengah pemulihan setelah diterjang badai Covid-19, kini industri pelayaran harus menghadapi ancaman resesi global di 2023.
IDXChannel - Pelaku usaha pelayaran nasional tengah dihadapkan pada situasi sulit. Di tengah pemulihan setelah diterjang badai Covid-19, kini industri pelayaran harus menghadapi ancaman resesi global di 2023.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto optimistis dan tetap waspadai ancaman resesi global pada tahun depan. Hal ini seiring dengan proyeksi banyak lembaga terhadap ketahanan Indonesia dalam menghadapi situasi ekonomi tahun depan.
“Jadi ancaman resesi pada 2023 mungkin akan berdampak bagi pelayaran nasional, tapi selama konsumsi domestik kita masih tumbuh, maka dampaknya tidak signifikan. Kita meski optimis, tapi harus bersikap waspada atas situasi ekonomi tahun depan,” katanya di Jakarta, Kamis (24/11/2022).
"Pelayaran nasional juga lebih percaya diri dalam menghadapi sentimen global tahun depan, mengingat pelayaran telah banyak mengambil pelajaran dan berhasil melewati badai Covid-19," tambahnya.
Dengan bayang-bayang resesi tersebut, Carmelita mengingatkan para pelaku usaha pelayaran untuk menunda pembelian kapal. Pasalnya harga kapal diprediksi akan mengalami kenaikan.
"Kalau mau nambah kapal ini bukan waktu yang tepat karena harga pasti mahal dan kebutuhan juga sementara, sehingga ini bukan waktunya belanja kapal. Kecuali kita punya kontrak yang panjang yang bisa mengisi biaya kekosongan pembelian itu," katanya.
Adapun, Carmelita menilai sektor pelayaran nasional tidak akan terlalu terdampak dari sentimen negatif kondisi ekonomi 2023. Akan tetapi jika terjadi penurunan kegiatan ekspor di tahun depan maka akan berdampak pada kegiatan kapal angkutan ekspor impor dan kapal feeder.
Sementara itu, dia mengatakan pada jenis kapal offshore, masih akan tetap tumbuh meski tidak akan signifikan pada 2023. Karena belum ada tanda-tanda peningkatan kebutuhan kapal penunjang offshore.
Namun, pihaknya akan mewaspadai adanya kenaikan biaya perawatan kapal karena fluktuasi nilai tukar rupiah, mengingat 70 persen komponen kapal di Indonesia masih impor.
(DES)