ECONOMICS

Inflasi AS, Eropa dan Turki Meroket, RI Aman dan Terjaga di 2,6 Persen

Suparjo Ramalan 09/04/2022 07:07 WIB

Mulai pulihnya ekonomi global dan disertai lonjakan harga komoditas mendorong laju inflasi di banyak negara.

Inflasi AS, Eropa dan Turki Meroket, RI Aman dan Terjaga di 2,6 Persen (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Mulai pulihnya ekonomi global dan disertai lonjakan harga komoditas mendorong laju inflasi di banyak negara, seperti di Amerika Serikat (AS) mencapai 7,9 persen bahkan Turki 54,4 persen. Sementara di Indonesia, pemerintah berhasil menjaga inflasi di 2,6 persen.

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mencatat inflasi pangan di dalam negeri relatif terjaga dan normal. Saat ini inflasi pangan di Indonesia berada di angka 2.6 persen. 

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mencatat angka itu relatif stabil dibandingkan negara-negara lain di dunia. Misalnnya, Amerika Serikat mencatat inflasi di angka 7,9 persen, Uni Eropa 7,5 persen, Turki 54,4 persen.

NFA, kata Arief, berupaya menjaga inflasi pangan guna menjaga ketahanan pangan nasional. Menuritnya, invasi Rusia - Ukraina berdampak pada komoditas pangan global, namun demikian Inflasi Indonesia masih terjaga dengan baik. 

“Pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi di kisaran 2-5 persen agar tidak memberatkan masyarakat," ungkap Arief, Jumat (8/4/2022). 

Kenaikan harga pangan, lanjut Arief, secara global memang sudah terjadi sebelum satu bulan belakangan ini. Meski begitu, pemerintah terus mengambil langkah solutif untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. 

“Seperti hari ini memang kondisi di global demikian, kemudian solusinya apa. Nah solusinya ini gak bisa parsial, harus komprehensif dari seluruh stakeholder pangan. Kondisi ini tentu menjadi perhatian pemerintah, kebijakan subsidi kepada produsen pangan untuk beberapa komoditas sudah dilakukan seperti subsidi jagung dan kedelai,” kata dia.

Menurutnya, kondisi pangan global saat ini mendorong Indonesia mengoptimalkan produksi di dalam negeri, sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk menciptakan  ketahanan ekonomi dengan menjaga ketahanan pangan, importasi sebagai alternatif dan pelengkap stok pangan jika 
produksi dalam negeri belum mencukupi.

Badan Pangan Nasional telah melakukan early warning system  jika ketersediaan dan stabilisasi harga pangan pada 9 komoditas pangan yang dikelola NFA berada di bawah 
batas normal melalui prognosa neraca pangan.

Misalnya, pada komoditas bawang merah yang sejak bulan lalu ketersediaan berada di bawah normal dengan harga tinggi hingga kenaikan 3,39 persen per minggu atau mencapai 35.395/kg. Arief menyebut, pihaknya melakukan pengamanan ketersediaan bawang merah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan. 

"Sehingga per 6 April 2022 pasokan ketersediaan sudah diatas normal hingga surplus mencapai 151 ton, stabilitas harga bawang merah sebesar Rp.24.000/Kg atau turun 11,11 persen dari hari – hari sebelumnya," ungkap dia. 

Dia juga mencatat, salah satu upaya menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga pangan adalah dengan mengamankan stok komoditas pangan pokok. Dia mencontohkan, komoditas beras stok yang dikuasai oleh Bulog posisi sekitar 800.000 ton, sedangkan untuk stok beras yang aman butuh hingga 1,5 juta ton. Ketersediaan stok - stok ini yang dapat bersinergi dengan pelaku usaha pangan lainnya.

“Strategi lainnya, kedepan tidak hanya stok komoditas beras, kita ingin 9 komoditas yang ada di bawah kewenangan NFA sesuai Perpres itu harus punya cadangan stok pangan, karena itu kita sudah memiliki neraca pangan, disitu kita tahu persis ketersediaan dan kebutuhan kita berapa, sehingga dapat diperhitungkan stok pangan untuk tiga bulan ke depan," jelas Arief. (RAMA)

SHARE