Inflasi China April 2023 Capai Level Terendah, Awas Terjadi Deflasi
Ekonomi terbesar kedua dunia China masih tertatih untuk pulih dari serangkaian tekanan hingga memasuki pertengahan 2023.
IDXChannel - Ekonomi terbesar kedua dunia China masih tertatih untuk pulih dari serangkaian tekanan hingga memasuki pertengahan 2023.
Terbaru, tingkat inflasi tahunan negeri Tirai Bambu turun menjadi 0,1% pada April 2023 dari sebelumnya 0,7% pada bulan sebelumnya. Ini juga meleset dari perkiraan pasar sebesar 0,4%. (Lihat grafik di bawah ini.)
Ini adalah angka terendah sejak deflasi yang terjadi pada Februari 2021 di tengah pemulihan ekonomi yang tidak merata setelah pencabutan kebijakan zero Covid-19, dengan pelonggaran harga makanan dan non-makanan lebih lanjut.
Inflasi makanan turun ke level terendah dalam 13 bulan sebesar 0,4% dibandingkan 2,4% di bulan Maret. Disebabkan penurunan harga daging babi dan penurunan tajam harga sayuran segar.
Selain itu, harga non-makanan terus melemah sebesar 0,1% dibandingkan 0,3% pada Maret, karena penurunan lebih lanjut pada harga transportasi sebesar -3,3% dibanding -1,9% pada Maret dan perumahan sebesar -0,3% versus -0,2% periode serupa.
Sebaliknya, inflasi tidak berubah untuk kesehatan pada level 1,0%, sementara biaya meningkat untuk pendidikan sebesar 1,9% versus 1,4% pada Maret.
Harga konsumen inti, tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 0,7% yoy, laju yang sama seperti di bulan Maret.
Secara bulanan, inflasi secara tak terduga turun 0,1%, penurunan bulan ketiga berturut-turut dan meleset dari perkiraan pasar.
Bukan Sinyal Bagus
Meskipun turunnya inflasi selalu di anggap sebagai keberhasilan pengendalian kondisi ekonomi, namun yang terjadi di China bukan pertanda bagus.
Inflasi konsumen China hampir tidak meningkat pada bulan April karena pengeluaran lokal mengalami pemulihan yang terbatas.
Ini akan mengancam terjadinya deflasi. Sebagai informasi, deflasi adalah kondisi di mana uang terlalu sedikit beredar di masyarakat, ditandai dengan harga-harga yang terus turun sepanjang waktu.
Deflasi tidak bagus untuk kondisi ekonomi. Mengutip berbagai literatur, deflasi memberi dampak negatif bagi perekonomian di antaranya:
- Bertambahnya jumlah pengangguran akibat banyaknya pengurangan karyawan perusahaan.
- Menurunya angka permintaan pasar dan produsen akan mengurangi jumlah produksi.
- Penurunan keuntungan laba perusahaan dan risiko penutupan pabrik, penurunan pendapatan serta meningkatnya gagal bayar (default) baik dari perusahaan maupun individu.
Sementara inflasi produsen mencapai level terendah hampir tiga tahun karena sektor manufaktur terus berjuang dengan permintaan yang melambat.
Ini menunjukkan bahwa belanja konsumen tetap lesu meskipun pembatasan terkait Covid-19 telah dicabut awal tahun ini.
Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah China untuk menopang pengeluaran domestik tampaknya hanya berdampak kecil pada inflasi, karena ekonomi terus berjuang akibat tiga tahun lockdown.
Sementara tingkat pengeluaran ritel dan permintaan perjalanan China agak meningkat dalam beberapa bulan terakhir, namun masih jauh di bawah tingkat pra Covid-19.
Pembacaan inflasi yang lemah pada April ini kemungkinan akan menyebabkan lebih banyak langkah stimulus, dan berpotensi melonggarkan kondisi moneter di negara tersebut.
Perekonomian China mengalami pemulihan yang sebagian besar tidak merata tahun ini, dengan pertumbuhan condong ke sektor jasa, sementara manufaktur kesulitan.
Indeks harga produsen juga menyusut 3,6% pada April, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 3,2%, dan penurunan bulan sebelumnya sebesar 2,5%.
Pembacaan yang lemah datang karena sektor manufaktur China menandai penurunan tak terduga pada bulan April, menunjukkan bahwa mesin ekonomi terbesar negara itu tengah benar-benar berjuang di tengah permintaan yang lemah.
Permintaan asing untuk barang-barang China juga melemah di tengah memburuknya kondisi ekonomi global tahun ini, membatasi pemulihan di sektor manufaktur. (ADF)