ECONOMICS

Inflasi Eropa Masih Tinggi, Ekspor Tekstil dan Alas Kaki RI Bakal Terdampak 

Dovana Hasiana/MPI 01/06/2023 03:15 WIB

Industri sektor alas kaki, kulit, serta tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Mei 2023.

Inflasi Eropa Masih Tinggi, Ekspor Tekstil dan Alas Kaki RI Bakal Terdampak (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Industri sektor alas kaki, kulit, serta tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Mei 2023. 

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Adie Rochmanto Pandiangan mengatakan, hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi akibat inflasi di negara - negara tradisional yang menjadi tujuan ekspor dari sektor alas kaki, kulit serta tekstil dan produk tekstil.

“Seperti kita ketahui, inflasi di Uni Eropa masih 8,1% dan Amerika Serikat 4,9%. Ini menyebabkan terjadinya pengetatan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga. Sehingga masyarakat dari negara tersebut menahan diri dalam membelanjakan uangnya,” ujar Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Adie Rochmanto Pandiangan dalam Rilis IKI Mei 2023 yang disiarkan secara virtual, Rabu (31/5/2023). 

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan berbagai lembaga, Adie menambahkan, industri padat karya atau sektor consumer goods diprediksi belum bisa membaik setidaknya sampai 18 bulan ke depan. Apalagi, 65 persen pasar industri padat karya ini mengandalkan ekspor. Sehingga pemulihan sektor ini sulit terjadi karena bergantung pada kondisi perekonomian dan geopolitik negara lain.

Kendati demikian, negara kompetitor Indonesia dalam sektor ini juga mengalami hal serupa dengan Indonesia karena masih bergantung dengan perekonomian global.

“Sebenarnya kalau mau lebih jelas, setelah kita kaji lebih dalam, negara kompetitor juga mengalami hal yang sama, seperti Bangladesh, Vietnam, China (masih kontraksi) terhadap tujuan ekspor yang menjadi pasar bersama tadi,” bebernya. 

Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan melakukan upaya business matching untuk membuka pasar non-tradisional, seperti Afrika. 

Kendati demikian, Adie mengatakan telah terdapat peningkatan permintaan yang cukup tinggi pada bulan April 2023 karena momentum lebaran dan cuti bersama. Hal itu menyebabkan persediaan produk tekstil dan alas kaki menipis di bulan Mei 2023. 

Ke depannya, pihaknya optimis bahwa sektor ini akan mengalami pemulihan dibantu dengan peningkatan permintaan dari pasar domestik yang diprediksi terjadi pada Juni dan Juli karena memasuki tahun ajaran baru. 

“Kami sebenarnya juga berharap sektor ini mengalami pemulihan di bulan Mei, namun belum terjadi. Ini menurut kami dipengaruhi kebijakan pemerintah yang pada lebaran lalu untuk lebih dulu menghabiskan stok pakaian bekas (thrifting) di pedagang,” pungkasnya.

(DES)

SHARE